KORANMADURA.com – Seorang bayi di Kota Mojokerto mengalami kelainan Atresia Ani atau tidak mempunyai lubang anus sejak lahir. Untuk buang air besar, bayi berusia 35 hari ini terpaksa melalui lubang yang dibuat di perut sebelah kiri.
Pasangan suami istri Risky Junianto (25) dan Nanik Mariyati (34) sedang sibuk mengganti kantong kolostomi untuk buah hati mereka saat ditemui wartawan. Kantong berbahan plastik di perut depan sebelah kiri bayi Naufal Putra Aditya itu harus diganti karena sudah penuh dengan kotoran.
Tak seperti anak normal lainnya, bayi laki-laki yang baru berusia 35 hari ini tidak bisa buang air besar melalui anus. Karena mengalami kelainan Atresia Ani sejak lahir.
“Kata dokter, Naufal mengalami kelainan Atresia Ani, tidak mempunyai lubang anus,” kata Nanik kepada wartawan di rumahnya, Lingkungan Randegan RT 4 RW 2, Kelurahan Kedundung, Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto, Selasa (10/12/2019).
Nanik menjelaskan, Naufal lahir secara normal pada Rabu, 6 November 2019 malam. Saat itu berat Naufal 3 Kg dengan panjang 48 cm.
Proses lahiran anak kedua dari dua bersaudara pasangan Risky dan Nanik ini dibantu seorang bidan di Dusun Bekucuk, Desa Tempuran, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto.
“Saya bawa pulang dari Bekucuk ke rumah sini (Randegan) jam 9 malam. Sampai besok siangnya (7/11) Naufal tidak mau minum ASI, malah muntah dan demam,” ujarnya.
Khawatir dengan kondisi buah hatinya, Nanik dan Risky lantas meminta pertolongan ke bidan yang membantu lahiran Naufal. Saat diperiksa oleh bidan tersebut pada Kamis (7/11) malam, barulah diketahui kalau Naufal tidak mempunyai lubang anus. Bidan itu pun menyarankan agar Naufal segera dibawa ke RSU dr Soetomo Surabaya.
“Saya bawa ke RSU dr Soetomo Jumat (8/11) siang. Malamnya langsung dioperasi karena sudah darurat. Oleh dokter dibuatkan lubang di perut depan sebelah kiri untuk buang air besar,” terang Nanik.
Sementara ayah Naufal, Risky menjelaskan, pasca menjalani operasi untuk membuat lubang BAB, buah hatinya tidak lagi menangis maupun demam. Bayi Naufal juga sudah mau meminum ASI dari istrinya.
Hanya saja, dia harus menanggung biaya untuk membeli kantong kolostomi bagi Naufal. Rata-rata sehari dia harus membeli 2 kantong yang harganya mencapai Rp 68 ribu/biji. Sementara penghasilannya sebagai buruh serabutan tergolong tidak menentu.
“Kalau di rata-rata penghasilan saya sebulan hanya Rp 1-1,5 juta. Karena kadang ada kerjaan, kadang tidak,” ungkapnya.
Kebutuhan kantong kolostomi untuk Naufal harus dipenuhi Risky hingga 5 bulan ke depan. Pasalnya, operasi untuk membuat lubang anus permanen baru bisa dilakukan setelah Naufal berusia 6 bulan.
“Kata dokter usia Naufal belum cukup untuk dioperasi lagi. Rencananya nanti saat usianya sudah 6 bulan baru bisa dioperasi untuk membuat lubang anus permanen,” tandasnya. (detik.com/ROS/VEM)