SUMENEP, koranmadura.com – Penerbangan komersial Sumenep-Surabaya dan sebaliknya telah lama beroperasi. Namun hingga sekarang, awal 2020, animo masyarakat tampaknya belum ada perkembangan.
“Saat ini jumlah penumpang kami (penwerbangan komersial) masih relatif sedikit. Kurang lebih 50 persen lah dari kapasitas pesawat (72 kursi),” ujar Kepala Unit Penyelenggaran Bandara Klas III Sumenep, Indra Triyantono, Kamis, 30 Januari 2020.
Menurut dia, masyarakat sejauh ini masih lebih memilih menggunakan jalur darat daripada udara. Baik dari Sumenep ke Surabaya atau sebaliknya. Kemungkinannya karena masyarakat memperhatikan kepentingannya.
“Karena memang pesawat itu menjadi salah satu sarana transportasi jika masyarakat butuh kecepatan waktu. Sejauh ini masyarakat tampaknya masih cenderung menggunakan kendaraan darat,” tambah dia.
Indra menuturkan, pada saat awal-awal dimulai aktifitas penerbangan komersial rute Sumenep-Surabaya dan sebaliknya, animo masyarakat sempat tinggi. Namun pasca adanya insiden pesawat jatuh pada akhir 2018 lalu, animo masyarakat mulai menurun.
“Mungkin masyarakat di Sumenep ini agak trauma. Dan itu sepertinya terjadi di seluruh Indonesia. Tahun lalu, secara nasional ada penurunan sekitar 30 persen penumpang yang menggunakan transportasi udara. Nah, pada dekade sekarang ini tampaknya mulai naik lagi,” ungkapnya.
Rendahnya animo masyarakat terhadap penerbangan komersial Sumenep-Surabaya dan sebaliknya itu berbanding terbalik dengan animo masyarakat terhadap penerbangan perintis Sumenep-Pagerungan dan sebaliknya.
Menurut Indra antusiasme masyarakat terhadap penerbangan perintis Sumenep-Pagerungan dan sebaliknya, sejak awal beroperasi hingga sekarang, sangat tinggi. Bahkan untuk bisa naik pesawat di rute tersebut, masyarakat harus antre minimal dua minggu.
“Mungkin mengingat perbedaan waktunya yang jauh sekali. Sehingga masyarakat lebih rela antre dua minggu untuk memilih naik pesawat,” paparnya. (FATHOL ALIF/SOE/DIK)