KORANMADURA.com – Cuaca cerah cenderung panas masih dirasakan di sejumlah wilayah Indonesia, Sabtu, 18 Januari 2020. Tidak ada awan hitam atau mendung yang terlihat. Kondisi ini mirip seperti masih di musim kemarau. Padahal Januari ini sudah memasuki musim hujan.
Sebelumnya, diduga cuaca cerah ini disebabkan oleh pola angin yang menunjukkan hembusan Angin Timuran (Monsun Australia) bersifat kering yang mencapai Jawa hingga Sulawesi.
Namun, setelah dicermati kembali, cuaca ini disebabkan oleh faktor lain. Penjelasan tentang cuaca cerah ini juga disampaikan melalui akun Twitter BMKG Staklim Jogja @StaklimJogja
Informasi serupa juga disampaikan melalui akun Instagramnya.
Berdasarkan unggahan tersebut, pantauan citra satelit Himawari pada tanggal 17 Januari hingga 18 Januari 2020 memperlihatkan tidak adanya awan di hampir seluruh Jawa.
Analisis angin di Jawa menunjukkan pola beraian atau menyebar. Pola divergen ini menyebabkan potensi pembentukan awan di Yogyakarta dan sekitarnya menjadi sangat kecil.
Oleh karena itu, cuaca pun menjadi cerah.
Cuaca cerah menyebabkan radiasi matahari yang diterima bumi lebih besar sehingga suhu udara pun terasa lebih panas.
Kepala BMKG Stasiun Klimatologi (Staklim) Yogyakarta, Reni Kraningtyas, membenarkan adanya revisi atau pembaruan informasi tersebut. “Ya, betul,” ungkap Reni seperti dilansir dari Kompas.com.
Reni mengungkapkan setelah analisis dilakukan kembali, penyebab cuaca cerah bukan karena monsun Australia.
“Setelah kita analisis dan cermati, memang bukan karena monsun Australia. Sehingga kita membuat revisi,” kata Reni.
Menurut Reni, kondisi ini diperkirakan masih akan berlangsung dua hingga tiga hari ke depan. Adapun setelahnya, dimungkinkan akan kembali turun hujan.
“Ya, di prakiraan, bisa turun hujan kembali,” ujar Reni. (Kompas.com/ROS/DIK)