SIDOARJO, koranmadura.com– Pengurus Pimpinan Wilayah Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PW ISNU) Jawa Timur kembali menggelar Madrasah Kader Nahdlatul Ulama (MKNU). Acara yang diletakkan di Pondok Pesantren Bumi Shalawat, Lebo, Sidoarjo ini sudah keempat kalinya dilaksanakan.
MKNU edisi ke-IV ini bertema ‘Penguatan Manhaj Aswaja, Nidhomiyah, dan Karakter’. Acara dibuka pada Jumat, 24 Januari 2020. Hadir dalam acara tersebut Kepala MKNU PP ISNU Fadli Yasir, Ketua PW ISNU Jatim, Prof. M Mas’ud Said, Forkopimda dan Pengasuh Ponpes Bumi Shalawat, KH Agus Ali Masyhuri.
Menurut Ketua Panitia Pelaksana, Sholahuddin, peserta yang ikut pada MKNU ke-IV sekitar 170-an orang. “MKNU ke-IV ini luar biasa, karena pesertanya dari berbagai daerah, di antaranya dari Sulsel, Lombok, Madura, dan daerah lainnya,” katanya dalam laporan mewakli panitia.
Menurut Sholahuddin, MKNU ini digelar sebagaimana amanat Anggaran Dasar pasal 19 ayat 1, Anggaran Rumah Tangga pasal 39 ayat 4, 5 dan 7. Selain itu juga sesuai dengan hasil Muktamar ke-33 PBNU tentang Juklak dan Juknis pengkaderan.
“Narsum pada kali ini terdiri dari Tim MKNU ISNU Pusat dan ISNU Jatim,” jelasnya.
Secara khusus, Gus Sholah, panggilan akrab Sholahuddin mengucapkan terimakaih kepada kepada tuan rumah MKNU ke-IV, KH Agus Ali Masyhuri.
“Terimakasih kami haturkan kepada KH Agus Ali Masyhuri yang telah menyambut kami dengan baik,” ujarnya.
Sementara itu, Prof M Mas’ud Said mengungkapkan, MKNU yang digelar PW ISNU Jatim sudah yang keempat kalinya. Menurutnya, jilid pertama diletakkan di daerah Pantura, yaitu di Ponpes Sunan Drajat. Kemudian Jilid Kedua di Mataraman, tepatnya di Ponpes Ulul Albab.
“Jilid Ketiga di daerah Tapal Kuda, tepatnya di Ponpes Nurul Jadid. Kemudian yang keempat di Ponpes Bumi Shalawat,” kata Ketua Yayasan Sabilillah Malang ini.
Menurut Prof Mas’ud, KMNU bertujuan untuk menguatkan para kader ISNU soal manhaj Aswaja. Sebab dalam hemat Prof Mas’ud tantangan ke depan semakin nyata, lebih-lebih soal tantangan ideologi non NU.
“Sehingga penanampan karakter Aswaja dalam diri kader sangat penting untuk membentuk militansi dan cara pandang yang sesuai dengan ciri khas NU. Maka tema kali ini sengaja dibuat untuk menanambkan hal itu,” jelasnya.
Selain itu, selama dirinya menakhodai ISNU Jatim, ISNU tak hanya bergerak di bidang penanaman ideologi ke-NU-an dan akademik, tetapi membangun sinergi dengan semua pihak.
“Karena salah satu kekuatan organisasi ialah sinergi dengan semua pihak. Makanya kami bersinergi dengan Pemrov Jatim, sinergi dengan kampus-kampus, pesantren hingga pihak lain,” tambah Prof Mas’ud.
Sebelum mengakhiri sambutannya, Prof Mas’ud melaporkan bahwa kampus-kampus negeri di Jatim sudah ISNU. Salah satunya sepeti ITS, Brawijaya, dan ITB. “Alhamdulillah kampus-kampus negeri di Jatim sudah ISNU, kecuali UNMU,” tegasnya
Kepada peserta MKNU dan kader ISNU, Prof Mas’ud meminta agar kader tak hanya melakukan pengembangan di masjid, tetapi juga harus melakukan pengembangan di berbagai sektor.
“Kalau kita ingin menang tidak hanya orang dalam yang digodok, musuh juga harus bisa ikut MKNU,” harapnya sambil disambut tepuk tangan para peserta.
Sementara Kepala MKNU PP ISNU, Fadli Yasir mengapresiasi langkah konkret ISNU Jatim.
“Sangat bersyukur dan bangga. Karena secara mandiri, MKNU sudah digelar empat kali. Jawa Timur memang beda, luar biasa,” ujarnya.
Secara khusus, Fadli Yasir menyampaikan permohnan maaf Ketum PP, Pak Ali Masykur Musa yang tak bisa hadir dalam pembukaan. “Kepada para kiai, Pak Ketum PP ISNU menyampaikan permohonan maaf karena tak bisa hadir. Tapi beliau insyaAllah hadir pada saat memberikan materi,” ucapnya.
Dalam waktu bersamaan, KH Agus Ali Masyhuri, Pengasuh Ponpes Bumi Shalawat menjelaskan bahwa berbicara kader maka tidak lepas dari komitem dan dedikasi.
“Berbicara tentang kader, tidak lepas dari komitmen dan dedikasi. Oleh karena itu, ISNU harus menjadi garda terdepan dalam memperjuangkan umat,” katanya
Selain itu, lanjut Gus Ali, sapaan akrabnya, agar kader ISNU Mampu menjawab tantangan umat saat ini. Sebut tantangan ekonomi.
“Jadi, tanya hanya memutar tasbih. Tapi harus action. Selain itu di bidang pendidikan. Karena soal membaca kita sangat ketinggalan. Kalah pada Singapure, Malaysia dan negara tetannga lain. Mungkin Indonesia juara kalau lomba joget,” tegasnya sambil senyum.
Gus Ali secara khusus meminta kepada peserta MKNU agar serius mengikuti pengkaderan NU. “Setelah MKNU harus ada action. Karena kalau inputnya baik, insyaAllah outputbya juga baik. Semoga ISNU senantiasa dirahmati oleh Allah SWT.,” harapnya. (SOE/VEM)