JAKARTA, koranmadura.com – Di tahun 2019 lalu, heboh teror ular yang menyerang beberapa wilayah seperti Depok, Bogor, bahkan hingga Jakarta. Namun, persediaan Serum Anti Bisa Ular (SABU) masih sulit ditemukan dan harganya yang mahal. Tapi, bagaimana di tahun 2020 ini?
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian penyakit Kementerian Kesehatan, dr Anung Sugihantono, MKes, mengatakan di tahun ini Menteri Kesehatan RI Terawan Agus Putranto meminta peredaran SABU ini dipetakan ke pelayanan kesehatan di Indonesia. Hal ini diperhitungkan guna mengatasi potensi ancaman ular terjadi lagi seperti tahun lalu.
“Perintah dari Pak Menkes kita memetakan ke yankes (pelayanan kesehatan) terkait potensi ancaman dari ular. Ular kan macam-macam, sementara kita baru punya 3 jenis SABU,” kata dr Anung yang ditemui di Gedung Adhyatma Kemenkes RI, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (3/1/2020).
Selain itu, dr Anung mengatakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) juga telah mendorong produsen vaksin dan antisera untuk lebih mempelajari lebih banyak lagi anti bisa ular.
Hal ini sudah disampaikan langsung oleh Menkes Terawan kepada produsen tersebut. Namun, dr Anung tidak yakin rencana ini akan selesai tuntas di tahun 2020.
“Saya tidak yakin ini akan selesai di tahun 2020. Kenapa? Ya kan prosesnya lama untuk membuat anti bisa ular,” ujarnya. (DETIK.com/ROS/DIK)