JAKARTA, koranmadura.com – Temulawak bukan tanaman yang asing bagi masyarakat Indonesia. Jenis rimpang ini sudah banyak diolah jadi jamu. Tapi apa benar bisa mengobati corona?
Beberapa rempah disebut-sebut bisa menjadi obat penangkal virus corona yang semakin luas menyebar. Sebut saja jahe, kunyit hingga serai yang kabarnya bisa menangkal virus mematikan ini. Baru-baru ini, temulawak ramai disebut bisa mengobati corona.
Sebenarnya temulawak sudah sangat lama dimanfaatkan orang Indonesia sebagai racikan jamu tradisional. Rempah dengan nama ilmiah curcuma xanthorrhiza ini telah teruji bermanfaat untuk kesehatan dan kebugaran tubuh.
Terkait temulawak yang disebut sebagai obat virus corona memang belum terbukti, namun temulawak punya segudang manfaat yang sudah teruji selama bertahun-tahun. Berikut beberapa fakta menarik seputar temulawak, rempah khas Indonesia yang populer jadi campuran jamu.
1. Mengenal temulawak
Temulawak adalah tumbuhan obat yang masuk dalam suku temu-temuan (zingiberaceae). Rempah ini asli berasal dari Indonesia dan mudah ditemui di seluruh pulau Jawa. Namun temulawak juga bisa dijumpai di Malaysia, Thailand, Filipina, Jepang, India, China bahkan Korea.
Di Jawa Tengah, masyarakat mengenal dengan sebutan temulawak. Di Sunda disebut koneng gede sementara di Madura dikenal dengan sebutan temu labak.
Temulawak sudah digunakan sejak ratusan tahun lalu sebagai obat herbal terutama diolah jadi jamu. Tapi tak hanya jamu, temulawak juga sudah lama dimanfaatkan sebagai pewarna makanan hingga bahan kosmetik.
2. Ciri tanaman
Tanaman temulawak bisa dengan mudah ditemui di semak atau kebun. Pohon temulawak biasa tumbuh secara liar, namun kini sudah banyak dibudidaya sebagai bahan baku produk massal seperti jamu.
Tanaman temulawak memiliki tinggi sekitar 1-2 meter. Batangnya berwarna hijau, bersusun dan memiliki daun pelepah yang saling tumpang tindih. Daunnya memiliki panjang sekitar 31-84 cm dengan lebar 10-18 cm.
Tumbuhan ini juga memiliki bunga yang berwarna kuning tua dan merah muda agak keunguan. Sekilas tumbuhan temulawak tampak mirip dengan tumbuhan kunyit. Perbedaannya bisa dilihat dari umbi rimpang yang dihasilkan.
3. Pemanfaatan temulawak
Bagian yang diambil dari temulawak adalah umbi rimpangnya. Rimpang temulawak biasanya bercabang seperti jahe. Ukurannya sedang dengan cabang rimpang yang kuat dan kokoh. Warna rimpangnya beragam mulai dari coklat gelap, kuning tua hingga hijau gelap.
Kandungan utama dari temulawak adalah protein, karbohidrat dan minyak atsiri. Temulawak juga mengandung zat kurkumin yang terkenal sebagai anti inflamasi atau meredakan radang serta nyeri.
Temulawak juga mengandung tepung yang tinggi sehingga tak sedikit orang yang memanfaatkan rimpang ini sebagai sumber karbohidrat. Pati dari temulawak diolah menjadi bubur dan bisanya diberikan pada orang yang mengalami masalah pencernaan.
4. Khasiat kesehatan
Sederet manfaat kesehatan dari temulawak sudah terbukti secara klinis. Secara tradisional, temulawak biasa dimanfaatkan sebagai jamu penambah nafsu makan, melancarkan asi dan membersihkan darah.
Sementara dalam dunia medis, temulawak terbukti memiliki sifat anti inflamasi dan anti hepatotoksik yakni herbal pencegah keracunan empedu. Temulawak juga memiliki sifat hepatoprotektor yakni menjaga kesehatan hati, menurunkan kadar kolesterol, obat pencahar serta mengurangi nyeri sendi.
Minyak atsiri yang terkandung pada temulawak menjadi ‘racun’ alami yang bisa mengusir nyamuk. Dalam dunia kosmetik, temulawak kerap dijadikan campuran sebagai obat pencegah jerawat. Beberapa obat jerawat tradisional menggunakan temulawak sebagai salah satu bahan campuran.
5. Jamu temulawak
Temulawak sudah lama jadi campuran jamu tradisional. Bukan hanya yang dibuat manual dan dijajakan oleh para penjual jamu, temulawak bahkan sudah diolah secara massal sebagai jamu produksi pabrikan.
Jamu temulawak juga bisa dibuat sendiri dengan mencampurkan beberapa bahan. Biasanya temulawak diracik sebagai campuran kunyit dan jahe. Jamu ini dipercaya bisa meningkatkan stamina, menjaga sistem kekebalan tubuh serta menjaga kesehatan saluran cerna.
Presiden Jokowi bahkan menjadikan jamu temulawak sebagai minuman di pagi hari. Meskipun demikian, temulawak tidak boleh dikonsumsi sembarangan karena memiliki efek samping. Jika dikonsumsi terus menerus dalam dosis yang tinggi, temulawak bisa menyebabkan mual dan sakit perut.
Untuk membuat jamu temulawak sendiri, Anda bisa mencampur temulawak, kencur, jahe, kunyit dan asam jawa. Semua bahan ini bisa direbus hingga mendidih dan dikonsumsi saat masih hangat. Jika tubuh sehat dan sistem kekebalan tubuh kuat maka virus corona tidak mudah menjangkit. (DETIK.com/ROS/DIK)