Oleh: Miqdad Husein
Sekitar 660 anggota ISIS sedang jadi perbincangan dan perdebatan di negeri ini terutama terkait keinginan mereka untuk kembali ke tanah air. Penolakan dan yang berkenan menerima kedatangan mereka masih belum menemukan titik temu.
Presiden Jokowi dan Menko Polkam Mahfud MD secara pribadi telah menegaskan sikap menolak mereka. Di belakang dua tokoh itu melalui media sosial masyarakat hampir seratus persen memberikan dukungan. Praktis hanya satu dua suara masyarakat yang berbeda dengan sikap dua tokoh itu.
Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia M. Din Syamsuddin bersikap normatif. Beliau beralasan UU dan bahkan konstitusi meminta pertanggungjawaban pemerintah membantu dan melindungi mereka dengan syarat masih merupakan warga negara Indonesia.
Pernyataan Din Syamsuddin terasa aneh. UUD 1945 memang mewajibkan negara melindungi segenap warga negara. Pertanyaannya warga negara yang mana? Apa mereka para pasukan ISIS yang menyerang dan memerangi negara ini pantas dilindungi? Mereka justru wajib diperangi oleh negara. Sudah memusuhi dan menyerang serta tak mengakui negara ini kok harus dilindungi.
PKS melalui Mardani Sera bersikap sama. Sayangnya Mardani beralasan jauh dari rasional dengan menyamakan para anggota ISIS itu dengan warga negara Indonesia yang baru pulang dari Wuhan karena kasus virus Corona.
Menteri Agama Fachrul Razi adalah sosok paling bersemangat untuk menerima kedatangan anggota ISIS itu. Beliau bahkan sudah mangancang-ancang menyiapkan pembinaan deradikalisasi dan penyediaan lapangan kerja. Belakangan Menteri Agama berubah sikap dan tega menolak dengan alasan keganasan ISIS yang mengatasnamakan agama. Namun secara resmi soal ISIS memang masih belum final bagaimana sikap pemerintah, apakah akan menerima mereka kembali atau menolaknya.
Sejauh ini perdebatan memang relatif mengarah pada penolakan mereka. Beberapa video produk BBC yang terkesan mengungkap sisi kemanusiaan para anggota ISIS sempat beredar di tengah masyarakat terutama wawancara sebuah keluarga yang menampilkan anak perempuan, menangis menyesali. Termasuk menyesali dan memaafkan sikap orang tuanya yang dianggap menjerumuskan dirinya.
Video paling banyak beredar itu memang terkesan melankolis. Ada kesan untuk membangkitkan simpati masyarakat pada keluarga itu.
Di sisi lain seakan ingin merespon video melankolis masyarakat menyebarkan berbagai tindakan kekejaman ISIS. Masyarakat yang merespon ingin mengingatkan tentang kebrutalan ISIS yang sudah sangat jelas.
Berbeda dengan Video produk BBC yang disetting ketat, berbagai video kekerasan ISIS sebagian besar merupakan produk ISIS sendiri. Sebuah tindakan provokatif yang memang sengaja ingin menciptakan ketakutan masyarakat dunia sekaligus sebagai penegasan eksistensi mereka.
Beberapa video independen yang menjelaskan kejahatan ISIS juga disebarkan masyarakat. Semuanya menegaskan tentang kebrutalan ISIS yang sudah menjadi rahasia umum masyarakat dunia.
Yang layak mendapat perhatian, mereka sangat jelas tak lagi mengakui Indonesia sebagai negaranya yang diperlihatkan secara demontratif membakar paspor dan identitas lainnya. Mereka menyebut Indonesia sebagai negara thogut yang harus dihancurkan. Sebuah video pasukan ISIS secara terbuka mengancam akan datang ke Indonesia untuk menghancurkan TNI, Kepolisian dll.
Sebuah data penting juga diabaikan bahwa mereka itu bukanlah pasukan ISIS yang insyaf. Mereka tetap sebagai pasukan dan berideologi ISIS dengan keganasan dan kebrutalan yang sudah diketahui dunia.
Dengan anatomi kebrutalan ISIS yang sudah mendunia itu pilihannya sangat jelas. Apakah pemerintah akan lebih melindungi dan membantu para pasukan ISIS atau menyelamatkan 250 juta rakyat negeri ini dari ancaman teror pembunuhan mereka. Sebuah pilihan yang sangat jelas!