SAMPANG, koranmadura.com – Salah seorang mahasiswi asal Sampang, Madura, Jawa Timur, Laili Nadhifatul Fikriya tiba di kampung halamanya di Desa Rapa Laok, Kecamatan Omben pada Sabtu, 1 Februari 2020 lalu.
Kini mahasiswi magister Hubungan Internasional di International Relations Shandong University, China ini tak diperbolehkan keluar rumah selama 14 hari ke depan. Karena Laili, sapaan akrabnya, masih dalam pemantauan kesehatan Dinkes setempat.
“Saya tidak ngapa-ngapain, aktivitas rumahan saja. Karena saya disarankan tidak keluar rumah terlehih dahulu selama 14 hari ke depan lantaran masih dalam tahap pemantauan kesehatan dari Dinkes,” kata Laili saat ditemui di rumahnya, Senin, 3 Februari 2020.
Baca: Mahasisiwi Asal Sampang yang Tiba dari China Bebas Virus Corona, Tapi …
Kepada koranmadura.com, Laili bercerita tentang situasi terkini di China. Menurut Laili, gegara wabah Corona, China ibarat Kota Mati, situasi mencekam dan mengkhawatirkan. Bahkan ketersediaan masker langka, harganya tiba-tiba melambung tinggi hingga tembus Rp 300 Tuan atau Rp 600 ribu.
“Awalnya saya dan teman-teman dari Indonesia itu cuek adanya informasi virus Corona. Tapi semakin hari orang-orang yang pakai masker kok semakin banyak gitu. Kemudian harga masker N95 juga tambah melambung, awalnya hanya seharga sekitar 25 Yuan atau sekitar Rp 40 ribu sekarang tembus seharga 300 Yuan atau seharga Rp 600 ribu karena memang kebutuhan masker meningkat dan keberadaanya semakin langka,” ujarnya.
Kemungkinan balik ke China, Laili belum bisa memastikan kapan, meskipun Laili masih ingin menyelesaikan pendidikannya. Tapi masih menunggu situasi di China kembali normal dan benar-benar terbebas dari virus Corona. Apalagi, kata Laili, libur kuliah diperpanjang sampai bulan Maret 2020.
“Tapi karena kondisi Corona semakin mengkhawatirkan, pihak pemerintah Cina memperpanjang liburnya kuliah, dan itu sesuai kebijakan kampus masing-masing. Ya dilihat sampai Maret 2020 mendatang, kalau kondisi normal, ya berangkat ke China, kalau masih tetap, ya libur panjang di rumah,” ujarnya sambil ditemani ibunya.
Sebelumnya, sebelum tiba di kampung halamanya, Laili harus menjalani hingga tiga kali pemeriksaan kesehatan dengan screening. Pemeriksaan tersebut dilakukan sebagai upaya pemerintah Indonesia agar para mahasiswa yang pulang dari China terbebas dari wabah virus Corona yang mendunia itu.
Laili dipulangkan dengan menggunakan pesawat dari Bandara Liuting International Airport, Cingdao, Provinsi Shandong, China. Kemudian transit di Seoul, Korea Selatan. Selama dua jam, Laili naik pesawat Asiana Airlines. Dia tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta Jumat, 31 Januari 2020 sekitar pukul 22.00 WIB.
Sebelum berlanjut terbang ke Bandara Juanda, Surabaya, Laili masih menjalani pemeriksaan. Setelah dinyatakan bebas wabah Corona, Laili langsung melakukan penerbangan ke Bandara Juanda, Surabaya pada Sabtu, 1 Februari 2020, dan tiba pada pukul 08.25 WIB.
“Alhamdulillah, dari tiga kali pemeriksaan, saya dinyatakan bebas virus corona. Kalau yang di Bandara Juanda Surabaya tidak diperiksa karena saya ikut penerbangan domestik dari Jakarta. Meski tidak diperiksa di Bandara Juanda, saya sebelumnya sudah diperiksa di Soeta dan hasilnya saya bebas Corona. Tapi semisal penerbangan saya jalur Internasional ke Juanda, pasti di Juanda juga akan diperiksa,” terangnya. (SOE/DIK)