SAMPANG, koranmadura.com – Penyebaran virus corona yang melanda Wuhan, China berdampak terhadap pemberangkatan calon jemaah umrah di sejumlah Negara. Termasuk di Indonesia. Bahkan warga di beberapa kabupaten/kota gagal berangkat.
Baca: Gelombang Jemaah Umrah Dihentikan Sementara, Ini Kata Kemenag Sumenep
Kepala Kemenag Kabupaten Sampang, Pardi menyatakan, sejauh ini pihaknya masih belum menerima laporan pemberangkatan, baik dari warga maupun dari penyedia jasa travel.
“Yang tercatat di kantor kami ada dua, dan belum ada yang memberangkatkan. Tidak tahu kalau lainnya, ya cabang-cabangnya,” ujarnya, Jumat, 28 Februari 2020.
Pihaknya menjelaskan, pembatasan berkunjung bagi sejumlah negara tersebut sudah berdasarkan putusan dari pemerintah Saudi Arabia. Sehingga persoalan tersebut sudah menjadi ranah keputusan antar negara. Sedangkan di daerah, pihaknya mengaku hanya menjalankan keputusan dari pusat.
“Jadi saat ini dipersiapkan, secara umum yakni pemerintah Saudi Arabia sedang membatasi, tapi bukan menghentikan secara total. Artinya, sampai ditemukan bukti-bukti kuat adanya corona di sana, sementara ini dilakukan moratorium,” jelasnya.
Pihaknya berharap para CJU umrah bersabar sambil menunggu informasi selanjutnya. “Semuanya diharapkan bersabar karena pemerintahan Arab Saudi sekarang sedang melakukan pencegahan supaya nanti di musim haji tidak terjadi dampak yang lebih besar adanya virus corona,” jelasnya.
Baca: Gegara Virus Corona, Puluhan Calon Jemaah Umrah di Bangkalan Terancam Gagal Berangkat
Sementara itu, Kasi Pemberangkatan Haji dan Umroh (PHU), Kemenag Sampang, Fathor Rahman menyebut bahwa CJU hendak berangkat umroh pada Januari sebanyak 246 orang dan Februari sebanyak 181 orang.
“Yang minta rekom paspor pun terbatas, kalau PNS, TNI, Polri, usia 50 ke atas, serta usia 12 tahun ke bawah itu tanpa rekom. Jadi warga yang meminta rekomendasi pasrport itu seadanya. Sehingga yang berangkat maupun yang belum berangkat itu relatif. Sebab pemohon sejauh ini belum ada informasi apakah sudah berangkat atau tidak,” jelasnya. (Muhlis/SOE)