SUMENEP, koranmadura.com – Jamak diketahui bahwa dalam politik tidak ada lawan abadi. Begitu juga kawan. Politik selalu dinamis. Biasanya hal yang paling memungkinkan menyatukan para politisi adalah kesamaan kepentingan.
Pemilihan kepala daerah (Pilkada), baik pemilihan bupati dan wakil bupati maupun gubernur dan wakil gubermur, merupakan pertarungan politik yang digelar tiap lima tahun sekali.
Pilkada cenderung menjadi perbincangan hangat nyaris di setiap lapisan masyarakat sejak jauh-jauh hari. Seperti tahun ini, meski Pilkada masih akan digelar serentak pada 23 September nanti, namun berbagai spekulasi kini sudah mulai memenuhi ruang publik. Termasuk di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, yang juga akan melaksanakan pemilihan bupati dan wakil bupati tahun ini.
Spekulasi-spekulasi yang muncul di antaranya mengenai siapa saja bakal calon yang akan bersaing menjadi orang nomor satu di lingkungan Pemkab Sumenep dalam lima tahun ke depan; koalisi partai politik; dan siapa akan berpasangan dengan siapa.
Belakangan sudah ada sejumlah tokoh dari berbagai latar belakangan disebut-sebut bakal bertarung memperebutkan pucuk pimpinan Sumenep. Bahkan sebagian tokoh itu sudah tak sungkan menunjukkan dirinya ke ruang publik.
Di antara tokoh-tokoh itu ada nama Achmad Fauzi yang saat ini menjabat Wakil Bupati Sumenep; KH. Unais Ali Hisyam, mantan anggota DPR RI; Fattah Jasin, Kepala Bakorwil Pamekasan; Malik Efendi, politisi senior PAN; KH. Muhammad Shalahuddin A. Warits, Ketua DPC PPP Sumenep; Nur Fitriana Busyro Karim, anggota DPRD Provinsi Jawa Timur yang sekaligus istri Bupati Sumenep; dan Donny M. Siradj, salah seorang tokoh muda.
Nama-nama tersebut digadang-gadang sebagai bakal calon bupati. Sementara di posisi sebagai bakal calon wakil bupati di antaranya ada nama Hj. Dewi Khalifah (Nyai Eva), KH. Muhammad Ali Fikri A. Warits, M. Yunus dan Nur Faizin. Semuanya sudah sama-sama mendaftar ke partai politik untuk mendapat rekomendasi.
Hingga sekarang, mereka masih sama-sama menunggu rekomendasi partai. Yang jelas, tak mungkin semuanya akan mendapat rekomendasi. Sebab, sesuai aturan, untuk bisa mengusung calon parpol harus memiliki minimal 10 kursi di parlemen. Di Sumenep hanya PKB yang memenuhi persyaratan tersebut. Sementara lainnya harus berkoalisi satu dengan yang lain.
Terlepas dari semua itu, yang tak kalah menarik diperbincangkan ialah “koalisi” MH Said Abdullah dan Kiai Busyro Karim. Tetap akan “mesra” atau justru pecah, setelah partai dua politisi ulung ini (PDIP-PKB) hampir pasti akan mengusung calon bupati masing-masing.
Dikonfirmasi mengenai hal tersebut, MH Said Abdullah menegaskan bahwa pada Pilbup Sumenep tahun ini dirinya akan tetap bersama-sama dengan Kiai Busyro yang sekarang menjabat sebagai bupati. Ia meminta agar tak ada pihak-pihak tertentu yang membentur-benturkan dirinya dengan Kiai Busyro.
“Jelang Pilkada kami tetap kompak, dong. Kami kompak dengan Buya (Kiai Busyro) nanti. Buya ke barat, saya ke barat. Saya ke timur, Buya tidak ikut, kita tarik ke timur,” ujarnya, saat diwawancara oleh sejumlah awak media usai meresmikan masjid Fathimah Binti Said Gauzan di Desa Jaba’an, Kecamatan Manding, Jumat, 28 Februari 2020 saat peresmian masjid.
Sebelumnya Kiai Busyro atas nama Bupati Sumenep memberikan apresiasi kepada MH Said Abdullah. Hanya saja konteksnya tidak sedang membicarakan pemilihan bupati dan wakil bupati 2020. Apresiasi disampaikan saat orang nomor satu di lingkungan Pemkab Sumenep itu memberikan sambutan dalam acara peresmian masjid Fathimah Binti Said Gauzan.
Menurut Bupati, MH Said Abdullah merupakan salah satu tokoh yang meskipun sukses di Jakarta, saat ini sebagai Ketua Banggar DPR RI dan Ketua DPP PDIP Bidang Ekonomi, namun tetap memikirkan pembangunan di Kabupaten Sumenep. Ibarat kata, sukses di “negeri” orang namun tak lupa “kampung” sendiri.
“(Said Abdullah dan keluarga) walaupun ada di Jakarta, tapi pikiran dan usahanya untuk membangun masih ada di Kabupaten Sumenep,” ungkapnya.
Dia lalu menambahkan bahwa, sebenarnya tak sedikit orang Sumenep yang sukses di daerah lain. Hanya saja di antara mereka seperti tak peduli terhadap Kabupaten Sumenep. Berbeda dengan Said Abdullah. “Oleh karena itu, atas nama masyarakat Sumenep saya menyampaikan terima kasih kepada Bapak Said Abdullah,” ujar Busyro. (FATHOL ALIF/SOE/VEM)