KORANMADURA.com – Dinkes Kabupaten Banyuwangi, mencatat mulai Januari hingga Maret sekitar 39 orang terkena demam berdarah dengue (DBD). Dua orang di antaranya meninggal dunia imbas dari penyakit yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti ini.
Kadinkes Banyuwangi, Wiji Lestariono mengatakan, jumlah 39 penderita DBD ini menurun dibandingkan dengan awal tahun 2019 lalu. Kata dia, pada bulan Januari hingga Maret 2019 lalu, jumlah penderita DBD mencapai 71 orang.
Namun di tahun 2020 ini, kata dia, hingga saat ini yang meninggal akibat DBD di Banyuwangi mencapai 2 orang.
“Tapi yang harus kita perhatikan dan kita cermati bahwa secara nasional ini meningkat tajam. Kematian juga meningkat,” ujarnya kepada wartawan, Jumat (13/3/2020).
Untuk itu, kata pria yang biasa si panggil Rio ini, pihaknya meminta warga Banyuwangi mewaspadai demam berdarah tahun ini. Karena penyebarannya cukup melalui nyamuk aedes aegypti. Sebagai langkah pencegahaan DBD, pihaknya telah mensosialisasikan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
“Oleh sebab itu di Banyuwangi kita galakkan, kita sudah punya gerakan namanya gertak PSN, gerakan serentak pemberantasan sarang nyamuk,” tambahnya.
Wiji Lestariono menambahkan, di seluruh kecamatan di Banyuwangi masuk daerah rawan atau endemis demam berdarah. Karena kasus DBD masih terus ditemukan hampir di seluruh wilayah Banyuwangi.
Sehingga untuk menekan angka penyebaran DBD tersebut, pihaknya telah menrjunkan kader juru pemantau jentik nyamuk atau Jumantik di setiap puskesmas.
“Mereka ditugaskan untuk memantau jentik nyamuk di setiap lingkungan dan rumah warga. Kami masyarakat bisa menerapkan pola hidup bersih di musim penghujan ini, karena penyebaran DBD sangat masif,” pungkasnya. (DETIK.com/SOE/VEM)