Oleh: MH. Said Abdullah*
Indonesia akhirnya masuk dalam daftar negara yang teridentifikasi ada warganya terinfeksi virus Corona. Presiden Jokowi sendiri mengumumkan bahwa ada dua warga negara Indonesia yang positif terinfeksi virus Corona. Presiden juga menjelaskan bahwa telah dilakukan langkah-langkah sesuai standar medis ketat penanganan virus yang kini diberi nama Covid-19 .
Pernyataan terbuka itu memberikan gambaran riil bahwa pemerintah dari sejak ditemukan kasus Corona di Wuhan, Cina telah melakukan upaya sangat serius. Seluruh sumber daya dikerahkan untuk memonitor, mengamati, mengawasi apapun yang potensial masuknya virus Corona.
Sebelumnya sempat beredar rumor ketakseriusan pemerintah dalam mendeteksi virus Corona. Tak ditemukannya kasus warga terinfeksi dianggap sebagai ketakmampuan pemerintah memaksimalkan berbagai perangkat medis dalam mendeteksi virus Corona. Tak ketinggalan muncul pula rumor tudingan bahwa pemerintah sengaja menutup-nutupi fakta sebenarnya. Termasuk pula sebuah pernyataan ahli dari luar Indonesia yang menganggap mustahil tidak ada kasus terinfeksi Corona di Indonesia.
Wartawan senior Dahlan Iskan, termasuk salah satu tokoh yang penasaran dengan fakta bahwa di Indonesia belum ditemukan kasus terinfeksi Corona. Mantan Menteri BUMN itu sampai mengunjungi laboratorium Internasional Institute of Tropical Disease (ITD) di Universitas Airlangga menanyakan langsung kepada sosok yang bertanggung jawab Prof. Dr. Inge Lucida dan Prof. Dr. Ni Nyoman Tri Puspaningsih serta mencermati kinerja alat-alat pendeteksinya.
Secara gamblang Dahlan menuangkan ‘reportasenya’ dalam tulisan berjudul Semua Negatif. Pada tulisan itu Dahlan memaparkan bahwa ternyata alat untuk meneliti keberadaan virus Corona di Indonesia sangat canggih. Alat itu merupakan bantuan dari pemerintah Jepang, disertai pula tiga tenaga ahli Jepang. Seluruh hasil pengetesan kasus suspec di laboratorium Unair ternyata memang negatif, tak ada virus Corona. Demikian pula ketika dicroscek di laboratorium milik Kementrian Kesehatan.
Di sini menarik menelusuri proses teridentifikasi kasus virus Corona, yang diumumkan Presiden Jokowi. Awalnya, pemberitaan tentang seorang warga negara Jepang, yang tinggal di Malaysia ternyata saat diperiksa aparat kesehatan di sana terinfeksi positif virus Corona. Dalam pemberitaan itu disebutkan bahwa warga negara Jepang itu, sebelum ke Malaysia ternyata sempat mampir ke Indonesia.
Dari informasi itu aparat berwenang menelusuri jejak keberadaan warga negara Jepang selama berada di Indonesia. Intensitas dan kesungguhan aparat kesehatan akhirnya menemukan dua warga Indonesia yang relatif intens bertemu warga negara Jepang itu. Ternyata keduanya sedang sakit dan sempat memeriksakan diri di sebuah rumah sakit di Depok, Jawa Barat. Aparat berwenang kemudian melakukan pemeriksaan di laboratorium dan hasilnya keduanya positif telah terinfeksi virus Corona.
Dengan mengkaji dan memahami proses panjang ditemukannya warga Indonesia terinfeksi virus Corona sangat jelas keseriusan kinerja aparat kesehatan pemerintah. Sejak tercium informasi bahwa ada warga Jepang terinfeksi di Malaysia yang ternyata sempat mampir di Indonesia aparat berwenang langsung menelisik menelusuri intensif seluruh perjalanannya. Bertemu siapa, di mana saja, apa aktivitasnya semuanya ditelusuri. Demikian pula melacak dua warga Indonesia yang paling intens berkomunikasi dengan warga Jepang itu.
Reportase Dahlan Iskan dan upaya keras aparat kesehatan melacak perjalanan warga Jepang cukup memberikan penjelasan bahwa rumor pemerintah tak serius, alat-alat ketinggalan jaman terbantahkan. Bahwa baru ditemukan kasus terinfeksi virus Corona di awal bulan Maret sepenuhnya karena memang faktanya demikian.
Yang layak dicermati, ketika pemerintah mengumumkan adanya kasus infeksi Corona, suasana terasa seperti bisul pecah. Seakan ada teriakan serentak bernada sumbang, “Nah ternyata terbukti ada kan virus Corona?” Sementara, proses kerja tim kesehatan dan pihak terkait lainnya, yang susah payah menelusuri untuk menemukan dua warga Indonesia seperti terabaikan.
Ada benarnya jika kemudian persoalan virus Corona itu lebih gemuruh dalam pemberitaan, terutama di media sosial. Persoalan riil virus Corona, data-data dan fakta riil anatominya, termasuk perkembangan angka-angka penyebaran, persentase kematian, usia pasien yang meninggal yang ternyata sebagian besar-untuk tidak menyebut seluruhnya- berusia di atas 80 tahun, yang diharapkan memberikan pemahaman utuh, kurang mendapat perhatian.
Masyarakat diakui atau tidak ternyata lebih mempercayai asumsi, opini yang kadang menyesatkan, serta hoax yang berada di media sosial. Berbagai penjelasan sangat teknis bagaimana menghadapi penyebaran virus Corona kurang mendapat perhatian. Contoh paling sederhana betapa luar biasa masyarakat berbondong-bondong memborong masker. Padahal kebutuhan pemakaian masker hanya untuk mereka yang sedang sakit, agar tidak menular kepada yang sehat. Bukan untuk kebutuhan mereka yang sehat.
Bisa dimengeri jika pemerintah sangat berhati-hati dalam bekerja mengatasi persoalan virus Corona demikian pula dalam memberikan informasi kepada masyarakat. Penjelasan apapun terkait virus Corona jika tidak cermat dan akurat dapat menimbulkan dampak sosial signifikan. Reaksi kepanikan masyarakat memborong kebutuhan bahan pokok termasuk masker menjadi bukti betapa penting kehati-hatian penyampaian informasi tentang virus Corona.
Corona kini tak lagi sekedar virus dan persoalan kesehatan semata. Ada variable kepentingan lain yang diam-diam ikut mendompleng kesibukan para profesional dalam mengatasi virus Corona. Karena itu penting memahami seluk beluk virus Corona dengan data dan fakta medis, agar pikir jernih tetap mengemuka sehingga penangananpun efektif, efisien tanpa perlu bumbu kegaduhan.
*Ketua Banggar DPR RI