SUMENEP, koranmadura.com – Keluh kesah di tengah wabah virus corona juga dirasakan oleh jajaran Polres Sumenep, Madura, Jawa Tumur. Selain karena tugas pengamanan yang menyita tenaga, juga karena keterbatasan sarana yang dimiliki korps baju coklat itu.
Bahkan petugas saat membantu pemakaman warga beberapa waktu lalu terpaksa menggunakan jas hujan. Sebab, saat itu internal Polres Sumenep belum memiliki alat pelindung diri (APD) sebagaimana standar Covid-19.
Maklum, selain minimnya anggaran di internal Polres Sumenep juga belum ada bantuan baik dari pemerintah maupun relawan kemanusiaan yang secara suka rela menyerahkan APD. Meski terdapat beberapa bantuan APD dari pemerintah dan relawan, masih terpusat kepada petugas medis karena dianggap lebih membutuhkan.
Untuk memastikan keselamatan anggota Polri saat menjalankan tugas di tengah wabah virus mematikan yang diketahui pertama kali di Wuhan, China, terpaksa harus melakukan penggalangan dana di internal kepolisian. Hasilnya, salah satunya dibelanjakan untuk pengadaan APD.
“(Pengadaan APD) masih hasil swadaya, jadi setiap anggota menyisihkan sebagian rezeki lah,” kata AKP. Widiarti, Kasubbag Humas Polres Sumenep, Rabu, 22 April 2020.
Sumbangan itu dilakukan setiap usai apel pagi yang biasa dilaksankan di Halaman Mapolres Sumenep. Hasil penggalangan dana dari anggota bisa mencapai jutaan rupiah.
Selain bentuk kesasadaran anggota, juga berdasarkan evaluasi di internal kepolisian. Sebab, beberapa waktu lalu saat membantu pemakaman warga dengan standar Covid-19 merasa kesulitan karena keterbatasan sarana.
“Soal kelengkapan (APD), kami (pakai) apa adanya. Bahkan kemarin (saat membantu pemakaman warga) memakai jas hujan,” tuturnya.
Apalagi, kata dia, lubang pemakaman yang disediakan warga kurang besar. Sebab, selama ini di Sumenep belum pernah ada warga yang meninggal karena positif terpapar virus corona. Bagi pasien yang dinyatakan positif terpapar corona proses pemakamannya ada aturan tertentu, salah satunya janazah dibungkus peti.
“Karena saat itu lubangnya (kuburan) kurang besar dan malam hari, maka petugas membantu, tapi cari cangkul sulit dan lampu sorot tidak ada. Sehingga harus dilakukan evaluasi,” jelasnya.
Namun lanjut dia, meski melalui swadaya APD di internal Polres Sumenep sudah ada meski terbatas. Setiap mobil patrol, kata Widi, sudah dilengkapi dengan sarana yang dibutuhkan. Seperti cangkul, sepatu bot, dan APD. “Sehingga saat dibutuhkan bisa langsung dipakai,” jelasnya.
Rabu, 15 April 2020 seorang berinisial S meninggal dunia dalam perjalanan pulang dari Tangerang, Banten menuju Kabupaten Sumenep. Pria asal asal Kecamatan Bluto ini awalnya ingin pulang ke kampung karena sakit dan menghembuskan nafas terakhir dalam perjalanan pulang naik travel.
Sesuai hasil permintaan keluarga dan warga, proses pemakaman S di Kecamatan Lenteng saat itu memakai standar pasien terduga positif Covid-19. Hasil pemeriksaan tim kesehatan, penyebab meninggalnya S bukan karena virus corona meski dia datang dari daerah zona merah virus mematikan itu.
Proses pemakaman di pedesaan khususnya di Kabupaten Sumenep biasanya dilakukan secara gotong royong oleh warga. Sebab, tidak ada petugas gali kuburan seperti di kota besar.
“Itu sebagai antisipasi takut seperti yang terjadi di Kabupaten Pamekasan, sudah meninggal ternyata hasil labnya positif corona,” jelas Widi.
Pemerintah Daerah telah melakukan berbagai upaya preventif dalam memberantas, menanggulangi penyebaran Covid-19. Bahkan, saat ini pemerintah menyediakan anggaran sebesar Rp 95 miliar lebih. Hasilnya, Sumenep menjadi satu di antara Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur yang bertahan di zona hijau. (JUNAIDI/ROS/DIK)