Oleh Syamsuni (Pemimpin Redaksi)
Sampai saat ini, hanya Sumenep dan Sampang yang masih ‘perawan’ dari virus Corona alias zona hijau. Dua kabupaten lain di Madura sudah zona merah.
Namun, keperawanan itu akan sirna jika masyarakat masih menganggap Corona sepele. Apalagi dibuat guyonan meme. Imbauan tinggal hingga bekerja dari rumah bukan untuk ‘membunuh’ ekonomi warga, tetapi ikhtiar menyelamatkan nyawa. Sebab Corona mudah menular, jika kalian tak bisa apa-apa, sebaiknya berhenti berkelakar.
WHO mewajibkan pakai masker bagi semua orang ketika keluar rumah. Bukan untuk apa. Tetapi agar kita bisa bertahan. Karena pada dasarnya, semua orang tak punya kekebalan.
Memang sejatinya, masker diperuntukkan untuk orang sakit. Namun, di tengah pandemi Covid yang kian meluas, masker tak lagi pandang bulu dan ras. Sakit atau sehat, kaya atau miskin, berkulit putih atau hitam, anak-anak hingga dewasa perlu pakai pasker.
Memakai masker bukan hanya soal Corona, tetapi di luar sana ada banyak ancaman virus yang silih berganti. Ada modus transmisi, kapan saja bisa terjadi. Melalui percikan bersin dan batuk, virus atau penyakit mudah berpindah. Belum lagi, debu-debu jalanan kadang juga bikin sesak di dada.
Masker menjadi perlindungan utama dalam mencegah penularan virus apapun, lebih-lebih Corona. Seperti yang ter-sebut di atas, virus menyebar melalui droplet atau percikan air ludah dari orang yang sakit ke orang sehat.
Beberapa pekan terakhir ini memang cukup membahagiakan, gerakan seruan pakai masker massif dilakukan, dari hulu ke hilir, kota hingga desa. Termasuk wara wiri ajakan edukasi, baik manual sampai media sosial. Berbagai elemen solid melawan Covid. Dari eksekutif ke legislatif. Belum lagi ormas, OKP, lembaga-lembaga donasi pasang padan memutus mata rantai penyebaran.
Tak terhitung jumlahnya sudah berapa ribu masker dan hand sanitizer yang dibagikan untuk rakyat. Setiap hari terpantau tak pernah alpa dari kegiatan melawan Corona. Di sejumlah titik lokasi, pertigaan hingga perempatan jalan, orang-orang lantang menyuarakan.
Kemudian, bantuan demi bantuan APD disalurkan. Posko-posko yang dibangun setiap perbatasan tak pernah sepi, nyaris tiap hari. Bahkan desa-desa diwajibkan untuk menganggarkan. Termasuk membentuk Satgas dan Relawan. DD dan ADD pun sigap melawan.
Tapi perjuangan itu takkan pernah berarti apa-apa jika masyarakat masih ‘gagal paham’. Masyarakat kerap menjadikan Corona sebagai goyunan. Bahasa yang menyehari, ‘urusan Tuhan soal mati’. Tapi ungkapan ini terkesan kurang elok jika ikhtiar tak pernah dilakukan.
Diperparah oleh sebagian orang yang baru pulang merantau dari zona merah, sebut saja Jakarta, Surabaya, Bali dll. Kadang mereka berangkat sembarang, pulang tanpa tanpa dihadang. Naifnya, cuek dan main petak umpet. Padahal fakta yang ada, kebanyakan yang terpapar positif Corona datang dari Zona merah.
Ingat, Orang Tanpa Gejala (OTG) lebih berbahaya. Apa repotnya datang ke Posko Desa atau Puskesmas untuk melapor dan periksa? Jika tidak untuk tetangga, minimal berpikir demi keluarga. Kalau Anda terpapar virus Corona, Anda bisa apa?
Jika warga tetap cuek, maka Corona takkan pernah enyah dari Negara kita. Mematuhi imbauan pemerintah dan maklumat Kapolri adalah salah cara menyelamatkan nyawa. Karena tak sedikit fakta di beberapa daerah, kegiatan-kegiatan sosial dan keagamaan ngotot digelar. Akhirnya bubar setelah personel kepolisian menyebar. Semoga warga Sumenep patuh pada imbauan demi misi kemanusiaan.
Apa saja maklumat Kapolri terkait itu? Mari mencoba untuk membaca secara cermat. Kegiatan-kegiatan tersebut ialah berupa pertemuan sosial, budaya dan keagamaan seperti seminar, lokakarya, sarasehan, dan sebagainya.
Kemudian kegiatan lain seperti konser musik pekan raya, festival, bazar, pasar malam, pameran dan resepsionis keluarga, olahraga, kesenian dan jasa hiburan. Selain itu, tak boleh ada unjuk rasa, pawai, karnaval serta kegiatan lainnya yang menjadikan berkumpulnya massa.
Maka pakai masker, stay at home, cuci tangan pakai sabun, jaga jarak hingga menghindar dari kerumunan merupakan ikhtiar melawan Corona. Sekali lagi, kita tak harus menyisakan virus setelah mati.
Hargai pengorbananan dan perjuangan para tenaga medis dan rewalan. Mereka tak pernah mundur, dan berada di garda terdepan. Mereka meninggalkan anak istri demi misi kemanusiaan. Maka dari itu, berhenti berkelakar. Karena Corona mudah menular. Wallahu A’lam