KORANMADURA.com – Lembaga penelitian The ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO) memproyeksi penurunan tajam pada pertumbuhan ekonomi kawasan ASEAN+3 (ASEAN+ China, Jepang, dan Korea). Pertumbuhan ekonomi kawasan ini diyakini hingga mampu mencapai 2% sampai akhir 2020 mendatang. Khusus untuk ASEAN bahkan diperkirakan akan terus melemah dan hanya mampu tumbuh 1,1% sepanjang 2020 ini.
“Ketika tutup tahun 2019, catatan pertumbuhan ekonomi kawasan ini lebih cerah dari sebelumnya, terutama setelah berakhirnya negosiasi perdagangan AS-China. Tidak lama setelah konflik itu mereda, virus ‘angsa hitam’ COVID-19 (virus corona) menyebar di China dan berubah menjadi pandemi global, sehingga kejatuhan ekonomi tidak bisa terhindari,” ujar Kepala Ekonom AMRO Hoe Ee Khor dalam konferensi pers virtual, Selasa, 7 April 2020.
Khusus untuk China, walaupun sejauh ini wabah corona di sana sudah cukup mereda, pemerintah Negeri Tirai Bambu ini tetap akan kesulitan memulihkan ekonomi negaranya dalam waktu singkat.
“Eropa dan Amerika Serikat akan memasuki resesi saat wabah mereda di China dan Korea. Akibatnya, pemulihan ekonomi China akan jauh lebih lemah yakni hanya mampu tumbuh 3,5% pada 2020 ini,” sambungnya.
Meski demikian, memasuki tahun 2021, ekonomi kawasan ini diramal akan mulai pulih. Pertumbuhan ekonomi kawasan ASEAN+3 akan tumbuh pesat hingga 5,5% dan kawasan ASEAN saja akan tumbuh rata-rata 5,2% pada 2021.
“Negara-negara ASEAN mengalami lonjakan penyebaran virus corona dan pemerintah di sana langsung mengambil kebijakan-kebijakan yang cukup ketat, termasuk lockdown untuk mengatasi wabah, serta mengadopsi paket stimulus ekonomi dengan jumlah yang besar untuk mendukung ekonomi masyarakat mereka, ini diharapkan membantu untuk bangkit di 2021,” pungkasnya. (DETIK.com/ROS/VEM)