Oleh: Syamsuni*
Namanya selalu meng-abadi. Pengetahuan dan wawasan yang diwariskan begitu berarti dan tak pernah mati hingga zaman ini. Cerita perjuanganmu melawan patriarki menyehari hingga seantero negeri.
Pantas sekali, pada setiap tanggal 21 April, nama Kartini membahana. Semua perempuan, tanpa keculi para lelaki mengaguminya sebagai perempuan bangsa yang layak diteladani. Acara demi acara tak pernah alpa diperingati.
“Habis Gelap, Terbitlah Terang” merupakan ‘sabda’ perjuangan Kartini melawan patriarki yang sempat menghegemoni di negeri ini. Karena kegigihannya, yang terkungkung menjadi agung. Yang terperdaya menjadi berdaya. Kartini muncul sebagai sosok perempuan yang mampu mendobrak tabir emansipasi wanita.
Kini, berkat jasamu, para perempuan tak lagi dipandang sebelah mata: mereka bisa berkarya, berdaya guna hingga tampil di muka. Berkat perjuanganmu, para perempuan juga berani berjuang melawan keterbelakangan hingga titik nadir. Bahkan bebas memilih takdir.
Namun apalah daya, perempuan-perempuan milenial sepertinya tak menjadikanmu sebagai idola sejati. Bahkan ada yang asing dengan nama Kartini. Padahal tiap tahun masuk televisi dan kerap tampil di meme. Mereka lebih suka artis masa kini dengan gaya dan mode berganti-ganti. Sementara otaknya tak berisi.
Bahkan suka foya-foya, main narkoba dan bisanya ngabisin duit orang tua. Paling parah, terlena budaya instan. Akibatnya, tak punya bekal untuk bertahan. Padahal, para perempuan merupakan penyangga utama bangsa. Karena anak-anak cerdas muncul dari ibu yang hebat.
Jika tak ada RA Kartini, mungkin para perempuan tetap menjadi insan ‘kelas dua’. Jika tak ada Kartini, perempuan mungkin tetap saja dalam belenggu diskriminasi. Jika ada Kartini, para perempuan tak pernah keluar dari stigma naïf, dan tak bisa berkontestasi di panggung politik.
Tulisan ini tak bermaksud apa-apa, hanya sekadar refleksi untuk membuka mata dan mengajak semuanya memahami makna tentang falsafah hidup sang pendobrak budaya. Kartini bukan hanya sosok perempuan yang layak jadi idola di Indonesia. Tetapi menjadi pahlawan sepanjang masa.
Kegemarannya membaca, berdiskusi, menulis, hingga sikapnya yang kritis merupakan contoh yang paling nyata. Selamat Hari Kartini. Wallahu A’lam
*Pemred Koran Madura