SUMENEP, koranmadura.com – Belum berakhirnya pandemi Covid-19 di Indonesia termasuk di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, akan berdampak pada sektor perekonomian. Kondisi tersebut bakal berimbas pada kenaikan angka kemiskinan.
Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sumenep, Hairul Anwar mengatakan, pertumbuhan ekonomi dalam kondisi normal angka kemiskinan relatif tinggi, apalagi pasca pandemi Covid-19.
“Maka dari itu pemerintah perlu mendata secara real. Berapa jumlah angka kemiskinan di Indonesia. Untuk kemudian pemerintah mengambil kebijakan untuk membantu masyarakat,” katanya.
Ada beberapa indikator semakin melemahnya perekonomian masyarakat, salah satunya minimnya pasokan barang dan pendapatan masyarakat yang turun. Selain itu akibat pandemi ini banyak warga yang kerja di Ibu Kota Jakarta dan luar negeri pulang kampung, karena tidak adanya pekerjaan.
“Mereka di Ibu Kota dan luar negeri sudah lontang lantung karena tidak adanya pekerjaan. Mending kalau misalnya mereka pulang bawa uang. Kalau nggak, bagaimana?,” ungkapnya.
Pria yang juga menjabat Ketua Askab PSSI Sumenep ini lebih lanjut menjelaskan, Covid-19 tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di beberapa negara lain di dunia. Di negara-negara terdampak pandemi ini mengalami hal yang sama soal turunnya perekonomian.
“Di situ tergantung legalitas sebuah negara. Mampu tidak menghadapi bencana seperti? Sudah disiapkan tidak mitigasinya,” tuturnya.
Mitigasi tersebut, membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Dia menyebut biaya yang besar itu apabila ditanggung pemerintah secara keseluruhan, sepertinya tidak mampu. Mengingat kemampuan keuangan Indonesia terbatas.
Oleh sebab itu, menurutnya, pemerintah daerah perlu menyiapkan mitigasi efek domino dari Covid-19, yakni krisis ekonomi, selain juga penerapan protokol kesehatan.
“Pemerintah harus melakukan pemetaan. Mempersiapkan ketersediaan pangan. Jangan sampai krisis pangan nantinya menyebabkan terjadinya krisis sosial. Ada uang tetapi tidak tidak ada barang, ini percuma,” jelasnya. (JUNAIDI/ROS/VEM)