PAMEKASAN, koranmadura.com – Lahan garam rakyat di Pamekasan seluas 923.7 hektare, 30 persen di antaranya masih menggunakan pengelolaan secara konvensional. Sementara 70 persen sudah menggunakan teknologi Geomembran.
Hal ini disampaikan Kasi Pengelolaan dan Kawasan Budi Daya Dinas Perikanan (Diskan) Pamekasan, Muzanni. Menurutnya, keterbatasan biaya bagi petambak jadi alasan utama tidak untuk menggunakan teknologi Geomembran, sehingga tetap dengan cara tradisional.
“Kalau beli sendiri harga plastik untuk teknologi Geomembran memang mahal, makanya mereka (petambak) tetap dengan cara biasa, meski hasil produksinya kadang kotor dan kurang bagus. Yang 30 persen itu, kebanyakan tidak bergabung ke kelompok,” kata Muzanni.
Lanjutnya, sebelumnya pemerintah pusat memberikan bantuan teknologi Geomembran kepada petambak melalui kelompok petambak garam. Namun, saat ini bantuan semacam itu sudah tidak ada, terkecuali pada lahan terintergrasi.
“Sekarang ini untuk mendapatkan bantuan, syaratnya harus lahan terintergrasi, area lahan garam yang bergabung minimal 15 hektare yang dikelola dengan satu management air laut. Kalau di lahan seperti itu masih bisa diajukan dapat bantuan teknologi Geomembran,” katanya. (ALI SYAHRONI/SOE/DIK)