BANGKALAN, koranmadura.com – Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur krisis penyuluh pertanian. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura, dan Perkebunan (Dispertahorbun) Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur mencatat, ada 73 tenaga penyuluh pertanian yang tersebar di beberapa desa.
Sementara jumlah desa dan lurah di Kota Salak ini sebanyak 281. Sehingga masih dibutuhkan 208 penyuluh lagi untuk bertugas memberikan pendampingan kepada para petani di desa.
Hal itu disampaikan oleh Kepala Dispertahorbun Kabupaten Bangkalan, Puguh Santoso. Menurutnya, karena lahan tanah di kota dzikir dan shalawat ini cukup produktif untuk ditanami padi, maka idealnya setiap desa didampingi oleh satu penyuluh.
“Jumlah penyuluh ada 73 orang yang terbagi THL dan pegawai. Jumlah itu masih sangat kurang, semestinya satu desa satu penyuluh. Sedangkan ada 281 desa dan kelurahan, masih kurang banyak,” kata Puguh, sapaan akrabnya, Sabtu, 13 Juni 2020.
Puguh menjelaskan berkurangnya penyuluh itu hampir terjadi pada setiap tahun. Katanya, hal itu disebabkan oleh umur penyuluh yang makin menua, sehingga mereka yang mengabdikan dirinya di bidang pertanian harus pensiun, atau kalau tidak, karena meninggal dunia.
Atas kejadian itu, maka satu penyuluh mau tidak mau harus mendampingi lima sampai enam desa. Oleh karenanya, Puguh berharap agar dimaklumi jika dalam pelaksanaannya tidak begitu maksimal.
“Bisa memegang lima sampai enam desa yang didampingi, sehingga mohon pengertiannya bagi kelompok tani,” katanya.
Ditanya langkah agar mencukupi kekurangan itu, Puguh mengaku hanya sebatas mengusulkan. Pihaknya hampir setiap tahun mengajukan calon tenaga penyuluh sesuai jumlah yang dibutuhkan. Namun demikian, keputusan sepenuhnya tetap ada di pemerintah pusat.
“Kami sudah mengusulkan ke pusat, namun diterima tidaknya tergantung dari pemerintah pusat,” tutupnya. (MAHMUD/SOE/VEM)