SUMENEP, koranmadura.com – Langkah Kepala Puskesmas Guluk-Guluk, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, tentang penutupan pelayanan sementara Puskesmas diprotes warga. Sebab, kebijakan tersebut dianggap bisa menimbulkan permasalahan baru.
“Kami minta ini dievaluasi. Kami sebagai warga Guluk-Guluk merasa keberatan atas kebijakan tersebut. Sebab, masyarakat dirugikan dalam pelayanan,” kata Farid Azziyadi, salah seorang warga.
Aktivis Gugus Anti Korupsi (GAKI) itu mengatakan, keberadaan Puskesmas sangat diperlukan mengingat sebagai jantung pelayanan kesehatan di tingkat Kecamatan. Sehingga, kebijakan penutupan tidak berpihak kepada masyarakat.
“Tak ada hubungannya satu dua orang reaktif, lalu menutup institusinya. Tidak bijak begitu. Apalagi nanti ada yang mau melahirkan dan lainnya,” jelasnya.
Bahkan, kata dia, penutupan itu dinilai aneh karena Sumenep sudah masuk zona kuning. “Ini yang kami pertanyakan. Khawatir ini hanya kebijakan sepihak Kapus menutup ini. Kami akan lakukan audensi dengan Komisi IV, Dinkes dan tim Covid-19 ini,” tuturnya.
Untuk diketahui, penutupan sementara dilakukan setelah tujuh petugas kesehatan Puskesmas Guluk-Guluk reaktif hasil rapid test.
Berdasarkan surat nomor 440/175/435.102.113/2020 tentang pemberitahuan penutupan sementara pelayanan puskesmas yang ditandatangani Kepala Puskesmas Guluk-Guluk, Baharuddin Mutheri kepada Camat, penutupan sementara sejak 19 Juni hingga 2 Juli 2020.
“Penutupan yang kami lakukan sudah kordinasi dengan Dinkes. Kami menjaga masyarakat agar tidak tertular virus. Makanya, kami ambil langkah penutupan mas. Kan semuanya isolasi mandiri selama 14 hari,” katanya. (JUNAIDI/ROS/VEM)