SAMPANG, koranmadura.com – Kasus Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur masih terus beranjak naik. Bahkan tembus 134 pasien. Sehingga menerpakan new normal di saat masih abnormal bukan langkah tepat.
Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sampang, Asrul Sani menyampaikan, kota bahari diakuinya masih terus naik secara signifikan.
“Proses penularan Covid-19 ini masih terus terjadi dan berlangsung di masyarakat, bahkan cukup tinggi. Sehingga dengan kondisi itu pula masih belum masuk ke era new normal. posisi kita masih di abnormal. Dan memang kita memang mau menuju ke era new normal,” katanya, Rabu, 8 Juli 2020.
Dengan kondisi abnormal, Asrul Sani justru lebih sepakat adanya pembatasan-pembatasan yang lebih ketat.
“Tetapi melihat kenyataannya, disiplin masyarakat dalam penerapan protokol mulai menurun. Padahal seharusnya justru lebih ditingkatkan. Sebab penularan virus Covid-19 ini masih kuat dan sangat menular karena sampai sekarang belum terlihat tanda-tanda penurunan. Makanya kami imbau kepada masyarakat agar tetap disiplin dan terus menerapkan protokol kesehatan seperti menggunakan masker ketika dinl luar rumah, jaga jarak serta mencuci tangan memakai sabun dengan menggunakan air mengalir. Kemudian pula menjaga kondisi tubuh serta mengkonsumsi makanan yang bergizi,” terangnya.
Asrul Sani membeberkan bukti bahwa hingga saat ini paparan virus tersebut menjangkiti banyak tenaga kesehatan (Nakes).
“Kalau nakes terpapar, kondisi ini menunjukan bahwa di lingkungan di bawah masih banyak kasus Orang Tanpa Gejala (OTG) yang belum terjaring karena masyarakat masih merasa sehat walaupun terparan Covid-19,” katanya.
Oleh sebab itu, dengan banyaknya OTG, dimungkinkan nantinya nakes terkonfirmasi semakin banyak.
“Sehingga pada akhirnya, pertahanan nakes yang menggunakan APD lengkap pun jebol karena sering terus menurus terpapar oleh pasien OTG,” tegasnya.
Disinggung terkait penerapan protokol kesehatan selama ini, Asrul Sani menyampaikan, jika melihat di daerah lainnya, cara lebih ketat di wilayahnya.
“Artinya ada aturan yang lebih tegas. Makanya di beberapa tempat khususnya di kota besar seperti di Malang yang sudah menerapkan jam malam, bahkan jika ada kerumunan itu langsung di rapid test. Jadi di sini juga perlu adanya langkah-langkah yang lebih signifikan agar lebih disiplin dan ada efek jera karena di Sampang sendiri kasus covid-19 masih tinggi. Makanya saat ini, wacana itu masih digodok oleh tim gugus tugas agar penularan covid-19 terhindarkan,” terangnya.
Terpisah, Pj Sekda Yuliadi Setiawan mengakui penerapan protokol kesehatan masih belum maksimal. Karena kesadaran masyarakat masih minim.
“Maka dari itu, jika kesadaran belum terbangun maka harus sedikit kami paksa. Dan saat ini kami masih mencari regulasinya. Semisal harus ada sanksinya, ya sanksinya berupa apa dan payung hukumnya harus jelas apakah berupa perda ataupun perbup,” tegasnya.
Oleh sebab itu, Yuliadi Setiawan mengaku untuk saat ini lebih memfokuskan pada tempat-tempat yang berpotensi terjadi kerumunan. Sehingga perlu lebih tegas dalam penerapan protokol kesehatan.
“Karena kita masih belum PSBB, makanya dikaji kembali oleh tim gugus tugas apakah bisa diterapkan sanksi. Tapi pastinya ada peningkatan penanganan Covid-19 dari sebelumnya. Makanya kami sudah melakukan evaluasi untuk segera ditindaklanjuti kepada tim gugus tugas,” tegasnya. (Muhlis/SOE/VEM)