SAMPANG, koranmadura.com – Akhir-akhir ini, perbincangan penularan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) melalui udara (airborne) kian santer dibicarakan setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakui munculnya bukti-bukti terkait hal itu.
Paparan Covid-19 selama ini diyakini hanya bisa menginfeksi lewat paparan langsung droplet (percikan liur) dari orang sakit atau menyentuh permukaan yang terkontaminasi lalu menyentuh wajah.
Menyikapi hal itu, Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sampang, Asrul Sani menyampaikan, dugaan penyebaran Covid-19 berbentuk mikro droplet melalui udara diakuinya sudah lama diperbincangkan. Dugaan juga menjadi bahasan para ahli dari negara Amerika dan Eropa setelah memberikan bukti-bukti yang meyakinkan.
“Penyebaran Covid-19 melalui udara karena dalam kurun waktu delapan jam dengan ketinggian 1,5 meter, ternyata virus Covid-19 masih bisa melayang dan mampu memberikan penularan. Sehingga, hal semacam pertemuan atau tatap muka untuk sementara perlu dihindari dulu,” ujarnya, Senin, 13 Juli 2020.
Namun begitu, Asrul menjelaskan, kemampuan virus Covid-19 melayang-layang di udara ketika berada di tempat tertutup. Akan tetapi jika ruang keluar masuknya udara (ventilasi) cukup bagus, maka dimungkinkan Covid-19 yang berbentuk mikro droplet akan segera keluar.
“Makanya jika ada pertemuan-pertemuan yang lebih terbuka, itu relatif aman karena sudah banyak udara dan terkena sinar matahari, maka akan cepat mati,” ungkapnya.
Ketika disinggung apakah pasien positif Covid-19 di Sampang ada kemungkinan tertular melalui udara, Asrul Sani mengaku, sejauh ini masih belum mengevaluasi paparan tersebut.
“Kami memang belum sampai mengevaluasi ke arah sana. Tapi ada beberapa yang kami temukan soal tingkat kesembuhan pasien yang melakukan isolasi mandiri. Ada pasien isolasi mandiri yang tidak sembuh selama 14 hari, ada yang lebih dari sebulan. Mungkin salah satu indikasinya, ya itu,”pungkasnya. (MUHLIS/ROS/VEM)