BANGKALAN, koranmadura.com – Anak muda zaman sekarang sibuk dengan dunia media sosial (Medsos). Namun berbeda dengan salah seorang pemuda di Bangkalan, Madura, Jawa Timur, Salman Al Rosyidi Doengmoso, asal kelurahan Demangan, Kecamatan Kota Bangkalan.
Pemuda umur 19 tahun, yang masih duduk di Kelas 3 SMA 2 Bangkalan ini, memiliki cara tersendiri mengisi waktu kekosongan. Pasalnya, sejak usia umur 7 tahun, ia memiliki kegemaran koleksi mata uang asing.
Salman, sapaan akrabnya terlahir prematur dan berat bayi lahir rendah (BBLR), dengan menyandang dyslexia. Akibatnya ia memiliki kelainan layaknya manusia lahir seperti biasa. Salman mengalami kesulitan membaca, menulis hingga menghafal.
Dengan begitu, Salman sejak kecil sering dijauhi teman sekolahnya. Karena, dengan keterbatasan dan kelainan yang dimilikinya membuat teman-temannya tidak mau bermain dengan Salman.
Berawal dari situlah, tepatnya pada tanggal 6 Januari 2008 dulu mencoba menekuni kesukaannya. Salain karena hobi, ia juga memiliki keinginan besar bisa didekati lagi oleh teman-teman yang lain.
“Teman-teman saya banyak yang menjauhi, terus saya mulai cari keterkaitan, dan ternyata saya tertarik mengumpulkan mata uang,” cerita Salman kepada koranmadura.com, Sabtu, 1 Agustus 2020.
Kala itu, ia mencoba mengumpulkan mata uang unik yang sudah tidak berlaku. Mata uang pertama kali yang ia miliki yaitu uang kuno koin nederlandsch indie.
“Uang kuno itu ada sejak 1913, itu uangnya bulat, ada lubangnya di tengah,” kata dia.
Hingga saat ini ada sekitar 2.350 mata uang yang dikumpulkan. Rinciannya, sekitar 1000 lembar kertas. Sisanya berbentuk koin. Ribuan mata uang kuno itu diperoleh dari 154 negara di dunia.
Namun dari ratusan negara yang sudah didapatkan, Salman mengaku mata uang Zimbabwe yang sulit dijangkau. “Karena negara kepulauan dan sedikit koneksi yang ingin mendapatkan uang itu, maka saya merasa kesulitan, tapi Alhamdulillah sekarang sudah dapat,” jelasnya.
Demi memenuhi hasrat hobi koleksi mata uang, Salman rela uang jajan yang dikasih orang tua dibuat beli uang-uang kuno. Cara mendapatkannya, ia memesan ke orang pelayaran atau bahkan mencari di penjualan via online.
“Paman saya juga ada kerja pelayaran, ke Surabaya dan online, saya pakai uang saku untuk sekolah” katanya.
Berangkat dari kegemarannya, Salman mendapatkan piagam penghargaan karena berhasil menjadi kolektor uang kuno terbanyak di Indonesia. Saat itu, uang yang berhasil dikumpulkan sebanyak 1.207 uang kuno.
“Tahun 2019 dapat penghargaan dari Lembaga Prestasi Dunia (Leprid),” katanya.
Atas prestasi dan keberhasilan yang diperoleh, saat ini Salman sudah diterima oleh teman-teman yang lain. Mereka datang ke rumahnya dengan melihat koleksi-koleksi uang kuno. Bahkan, orang-orang penting pun juga datang menyaksikan koleksi uang kuno.
“Karena perkembangannya yang cukup pesat, jadi sekarang sudah mendekat. Bahkan, Dinas Perpustakaan dan Disbudpar juga datang ke sini,” katanya.
Selain itu, putra bungsu pasangan bapak Mual Farid dan ibu Yuliana juga menerbitkan buku yang berjudul “Perkembangan Uang Dalam Sejarah Dunia”. Buku tersebut membahas awal mula munculnya uang hingga perkembangannya. (MAHMUD/ROS/VEM)