Oleh: MH. Said Abdullah (*)
“Resesi ekonomi seperti penyakit ringan. Peluang sembuh tergantung bagaimana menyikapinya. Jika berusaha untuk sembuh, peluang sangat terbuka. Yang terpenting, jangan panik serta terus bekerja keras.”
Rangkaian kalimat menggambarkan tentang resesi ekonomi di atas sebagian besar ada benarnya. Katakanlah resesi seperti penyakit flu, kepala pusing dan penyakit ringan lain, yang sesekali menghinggapi seseorang.
Seperti penyakit ringan, resesi ekonomi merupakan hal biasa dalam kehidupan keseharian baik secara personal maupun dalam lingkup besar pemerintahan. Jadi, perlu disikapi secara wajar tanpa kehilangan kewaspadaan.
Kementerian Keuangan dan Badan Anggaran DPR secara terbuka telah menyampaikan kepada masyarakat tentang resesi ekonomi pada kuartal ketiga, yang kemungkinan berlanjut sampai kuartal keempat. Sebelumnya berbagai lembaga ekonomi internasional sudah memprediksi bahwa ekonomi dunia akan mengalami kontraksi sekitar minus tujuh persen. Sekitar 93 negara secara terbuka telah menyatakan mengalami resesi.
Informasi resesi dengan demikian sudah diketahui masyarakat jauh hari sebelumnya. Dan resesi kali ini disamping merata terjadi di hampir seluruh dunia memiliki penyebab sama yaitu terdampak pandemi Covid-19. Sebuah realita ekonomi yang terpapar sangat transparan.
Penyampaian informasi secara terbuka disertai penjelasan rasional sangat penting. Masyarakat diharapkan jauh dari kondisi ‘kaget’ lalu terperangkap kepanikan. Masyarakat dapat tetap tenang karena penjelasan jauh dari retorika bombastis dan dramatis.
Ini penting dipahami seluruh jajaran pemerintah dan terutama pemerintah daerah yang lebih langsung berhubungan dengan masyarakat. Penyampaian informasi rasional, jauh dari retorika bombastis serta kegaduhan akan menghindari masyarakat dari kepanikan.
Belajar dari pengumuman PSBB oleh Gubernur Jakarta informasi apapun jika disampaikan melalui pendekatan kepentingan, jauh dari rasional akan menimbulkan masalah. Pengumuman PSBB Jakarta yang menggunakan kosakata bombastis seperti ‘rem darurat, PSBB total’ terbukti dalam sekejap telah membakar Rp 300 triliun rupiah.
Menyelamatkan nyawa rakyat, mengedepankan kepentingan kesehatan merupakan hal wajar. Yang perlu diperhatikan dalam menyampaikan jangan sampai menimbulkan kepanikan.
Seorang dokter profesional ketika menyampaikan informasi tentang penyakit kepada pasien betapapun berat penyakitnya tetap secara hati-hati agar tidak membuat shock. Dokter menyadari dan memahami kepanikan dapat memperparah penyakit dan sebaliknya ketenangan memberi peluang optimisme sehingga mempermudah proses pengobatan.
Resesi kali ini ada faktor penyebab yang sangat jelas sehingga siapapun dapat mengetahui dan memahaminya. Karena itu penting para elite yang berada di dalam dan di luar pemerintahan berupaya semaksimal mungkin menghindari kegaduhan atas dasar kepentingan. Hindari memanfaatkan kondisi resesi untuk kepentingan politik kekuasaan. Saatnya bangsa dan seluruh rakyat bersama-sama mengarahkan pikiran, energi, saling peduli, saling membantu untuk mengatasi resesi.
Sumber penyebab sangat jelas yaitu pandemi Covid-19. Ikhtiar mutlak perlu diarahkan bagaimana memutus pandemi agar kehidupan kembali normal.
Tidak ada masalah luar biasa dalam bangunan ekonomi Indonesia. Fondasi ekonomi kuat, pengelolaan ekonomi berada di jalur yang benar. Masalahnya hanya terdampak pandemi Covid-19. Karena itu jika persoalan pandemi selesai kondisi ekonomi diyakini akan pulih kembali.
Siapapun mengetahui dan memahami bahwa akan selalu ada dampak kepada lapisan masyarakat terutama akar rumput. Karena itu terasa urgensi menyegarkan semangat gotong royong untuk saling membantu. Inilah momentum untuk saling peduli.
Negeri ini sudah berkali-kali mengalami cobaan. Selalu berhasil ke luar dari kesulitan ketika menerapkan semangat gotong royong. Ayo saling peduli untuk kepentingan bersama agar negeri ini segera bebas dari pandemi Covid-19 dan menyongsong kehidupan lebih baik. (*)
*Ketua Banggar DPR RI.