SAMPANG, koranmadura.com – Tidak ingin hanya dijadikan rute lalu lintas peziarah, kini pemerintah Kabupaten Sampang, Madura, wacanakan penanaman Buah Surga di sepanjang akses di Desa Napo Laok, Kecamatan Omben.
Wacana itu, direncanakan sebagai pembentukan Wisata Desa Adat yang dikemas dengan agro wisata buah surga. Wacana wisata itu akan dirampungkan pada 2021 mendatang.
Plt Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Kabupaten Sampang, Suyono menyatakan, pengembangan wisata desa adat di daerah Napo, Omben melibatkan delapan Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Menurutnya, wisata desa adat tersebut nantinya akan dikemas dengan agrowisata Buah Surga.
“Dikatakan buah surga, karena nanti akan ditanami pohon Tin, Kurma, dan semacamnya sehingga dinamakan “Buah Surga,” katanya, Jumat, 23 Oktober 2020.
Selain sebagai bentuk pengembangan wisata, Suyono mengaku agar keberadaan wisata religi Bhuju’ Napo, Kecamatan Omben lebih diminati, sebab lokasinya berada di akses menuju wisata religi Batu Ampar, di Kabupaten Pamekasan.
“Sehingga peziarah yang dari luar Madura, bukan hanya ke Pamekasan saja. Sedangkan wisata religi di Napo hanya dilewati saja. Bisa saja peziarah nanti sebelum ke Pamekasan masih mampir ke sana (Napo), atau bahkan pulangnya dari Pamekasan bakal mampir ke sana (Napo). Dan harapannya memang begitu,” ungkapnya.
Lanjut Suyono menyatakan, wisata Desa Adat lantaran di kampung tersebut terdapat bangunan kuno yang masih murni dari budaya desa setempat.
“Sehingga wisatawan bisa mengunjungi bangunan kuno yang masih alami,” paparnya.
Sekadar diketahui, Kiai Abdul Jabbar atau Kiai Napo disebut dekat dengan penguasa Madura Barat, yang kala itu dijabat Panembahan Cakraningrat ke-II. Kiai Abdul Jabbar selain dikenal dengan sebutan Buju’ Napo, juga memiliki julukan Buju’ Jimat. Julukan itu didapat setelah beliau melaksanakan dawuh sang guru, Kiai Aji Gunung.
Dawuh itu berupa perintah untuk mengambil kitab suci al-Quran di tanah Makkah dalam waktu kurang dari setengah hari. Konon, ada riwayat yang mengatakan beliau menaiki sebuah batu yang kini masih tersimpan di desa Napo Laok. (MUHLIS/ROS/VEM)