SUMENEP, koranmadura.com – Elemen masyarakat kepulauan, khususnya Pulau Sapeken, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, merasa keberatan dengan adanya pernyataan “bahasa Tarzan”.
Pernyataan keberatan itu disampaikan menyikapi beredarnya rekaman suara seseorang yang diduga suara calon bupati Sumenep nomor urut 2, Fattah Jasin.
Dalam rekaman yang beredar, si pemilik suara tampaknya sedang berbicara di hadapan beberapa orang tentang pengalamannya berkunjung ke wilayah kepulauan yang salah satunya Pulau Sapeken. Termasuk bagaimana masyarakat menyambut dirinya.
Kemudian di akhir-akhir rekaman yang beredar itu, terlontar pernyataan dari yang bersangkutan, “… tape benne oreng Madhura ka’essa’, Pak (disambut tawa beberapa orang). Bahasana bahasa Tarzan. Kaule ta’ oneng…,” kata si pemilik suara pakai bahasa Madura.
“Masyarakat kepulauan Sapeken dan sekitarnya yang memang memiliki bahasa yang beragam, mulai dari bahasa Bajo, Mandar, Bugis, dan Madura, merasa tidak nyaman dengan sebutan Tarzan,” kata salah seorang warga Pulau Sapeken, Hidayaturrahman, Jumat, 23 Oktober 2020.
Menurutnya, meski pernyataan “bahasa Tarzan” itu disampaikan dalam konteks bercanda, hal tersebut tetap tidak beradab. “Karena Tarzan itu identik dengan primitif dan terbelakang. Sementara masyarakat di kepulauan sudah sangat maju,” tegasnya.
Bahkan, sambung pria yang baru meraih gelar Doktor ini, saat ini sudah ada warga Sapeken yang menjadi guru besar di salah satu perguruan tinggi di Lampung.
“Jadi, sudah lah. Mari kita menghentikan pikiran-pikiran liar kita terhadap orang lain dengan pernyataan-pernyataan peyoratif, bercanda tapi menghina,” papar Dayat, sapaan akrab Hidayaturrahman.
Oleh karena itu, dia meminta kepada yang menyampaikan pernyataan “bahasa Tarzan” itu untuk meminta maaf secara terbuka kepada warga kepulauan Sapeken dan tidak mengulangi kepada warga yang lain.
“Saya berharap kepada orang yang melontarkan pernyataan tersebut, kalau memang menganggap dirinya manusia, untuk meminta maaf secara terbuka melalui media kepada warga kepulauan Sapeken. Ini bukan masalah politik. Kami tidak berafiliasi dengan pihak manapun di Pilkada. Ini bukan urusan Pilkada, tapi urusan kemanusiaan,” tegasnya.
Ketua Tim Pemenangan Calon Bupati dan Wakil Bupati RB. Fattah Jasin – KH. Ali Fikri, KH. Mk. Ersyad mengaku tidak tahu mengenai pernyataan “bahasa Tarzan” yang belakangan menjadi perbincangan itu.
“Saya tidak tahu persis. Jadi saya tidak bisa komentar banyak. Mohon maaf tidak bisa berkomentar banyak,” ujarnya, saat dikonfirmasi.
Namun demikian, mantan anggota DPRD Sumenep ini mengaku tenang-tenang saja menyikapi persoalan ini karena sudah bagian dari dinamika politik. “Dipolitisir bisa,” paparnya. (FATHOL ALIF/SOS/VEM)