Oleh: MH. Said Abdullah*
Pada momentum peringatan kelahiran Nabi Muhammad ini, rasanya penting menyegarkan pemikiran mengingat kembali nilai-nilai indah sepanjang perjalanan hidupnya. Terutama terkait kepribadian manusia agung luar biasa itu dalam mengemban risalah Islam.
Visi misi untuk memperbaiki dan menyempurnakan akhlak yang ditegaskannya terasa memiliki urgensi tinggi untuk dikemukakan kembali. Ini terutama dikaitkan untuk meluruskan perilaku sebagian masyarakat kekinian yang mengatasnamakan Islam, namun berperilaku jauh dari tauladan akhlak Rasulullah.
Tidak ada keraguaan penegasan Nabi Muhammad soal visi misi akhlak sepenuhnya diwujudkan dalam perilaku kesehariannya. Bahkan, karena keindahan dan keagungan akhlak Rasulullah nilai-nilai Islam demikian mudah menyebar ke seluruh pelosok dunia.
Masyarakat Quraish saat itu bahkan memberikan julukan al amin jauh sebelum Muhammad mendapat tugas kenabian. Peran Nabi Muhammad dalam melerai persengketaan antar suku ketika peletakan hajar aswad menjadi bukti autentik betapa sosok kepemimpinannya memang sangat luar biasa. Dengan bimbingan Allah sesungguhnya beliau dalam akhlak sosial telah menjadi seorang muslim sebelum alquran turun. Karena itulah ajaran Islam demikian mudah luluh tuntas menyatu dengan keseluruhan kehidupannya. Subhanallah.
Michael H. Hart, dalam buku Seratus Orang Paling Berpengaruh di dunia menempatkan Nabi Muhammad pada urutan pertama. Sesuatu yang sebenarnya masih belum memadai. Sebab, keagungan dan kedasyatan kepribadian beliau tak dapat diurutkan dengan 99 tokoh lainnya.
Hart memang hanya memaparkan tentang pengaruh pada belantara dunia terutama bagaiamana Islam menyebar sangat luar biasa dari sebuah gurun tandus dan masyarakat yang masih sederhana. Hart sayangnya, tidak mengungkap secara detail apa rahasia utama, mengapa Islam begitu mudah menyebar hingga sampai saat ini tak ada satupun imperium yang pernah terbentuk dimuka bumi ini yang mampu mengimbanginya.
Jika sedikit saja Michael H. Hart menelusuri kehidupan pribadi Nabi Muhammad, dipastikan akan tercengan menemukan bagaimana keagungan kepribadian atau akhlak tokoh yang sangat dasyat itu. Karena akhlak yang bahkan jauh dari rasional terutama dalam persoalan kesabaran- yang menjadi energi dasyat mengapa Islam mudah diterima seperti mengalirnya air di sungai, yang tak ada kekuatan mampu menghalanginya.
Banyak data sejarah tentang kepribadian indah Nabi Muhammad terutama dalam menghadapi perbedaan dan tantangan dalam penyebaran Islam. Yang paling luar biasa antara lain ketika beliau menghadapi perlawanan lemparan batu dari masyarakat Thaif. Beberapa hadist memaparkan, ketika Nabi Muhammad berdarah-darah dilempari batu datang malaikat Jibril menawarkan untuk menghancurkan masyarakat Thaif.
Apa jawaban Nabi Muhammad saat itu? Malaikatpun sangat mungkin tercengan dan terpesona. “Jangan Jibril. Jangan musnahkan mereka. Mereka melakukan itu karena tidak mengerti. Biarlah. Jika mereka saat ini belum menerima, siapa tahu anak cucu mereka nanti,” tutur Nabi Muhammad, yang akan membuat siapapun tak akan mampu membendung cucuran air mata.
Bayangkan, sedang dilukai hingga berdarah-darah, Nabi Muhammad masih melindungi dengan menolak tawaran Jibril untuk memusnahkan masyarakat Thaif. Akhlak apalagi yang lebih mulia, ketika sedang dianiya masih meminta agar melindungi mereka yang menganiayanya. Subhanallah.
Inilah ajaran Islam yang sesungguhnya. Kasih sayang, cinta, tutur kata indah kepada siapapun, termasuk kepada mereka yang berbeda agama. Rahmatan lil alamin, rahmat kepada seluruh alam semesta tanpa kecuali.
Lalu, apakah kita masih layak mengaku ummat Nabi Muhammad ketika lidah masih saja mudah menyakiti orang lain bahkan sesama muslim. Masihkah kita layak mengaku pengikutnya ketika masih mudah menebar kebohongan, menfitnah melontarkan berbagai perkataan kasar. Atau, adakah kepedulian kita kepada sesama, masyarakat papa dan nestapa sebagaimana selalu dicontohkan Rasulullah.
Ya Allah, kami rindu RasulMu. Kami rindu Rasulullah yang mengajarkan akhlaq indah bagi saudara muslim kami. Bagi kebaikan negeri ini. Allahumma sholli ala Sayyidina Muhammad. (*)
*Ketua Banggar DPR.