Oleh : Miqdad Husein
Rizieq Shihab mau pulang. Demikian berita berbagai media. “Lha untuk apa pulang. Biar di Arab sana. Bikin ribut dan gaduh saja,” tulis seorang Citizen. Berbagai nada sejenis juga bertebaran. “Bikin gaduh saja. Ngak ada dia alhamdulillah, Indonesia tenang,” kata lainnya.
Itu suara mereka yang tidak menyukai Rizieq Shihab. Tentu berbeda pandangan mereka yang menjadi pendukung atau pengikutnya. Segala cara ditempuh untuk membela. Termasuk berusaha memberikan berbagai pujian.
Lain lagi, para politisi dan beberapa elit FPI. Fadly Zon, politisi Partai Gerindra seperti biasa nyinyir dengan menuding pemerintah tidak berusaha membantu kepulangan Rizieq Shihab. Cuitan Fadly sempat disampaikan kepada Menko Polkam Mahfud MD.
Dengan santai Mahfud memberikan penjelasan gamblang. Bagaimana pemerintah mau membantu, kata Mahfud. Lha Rezieq Shihab sendiri tak mau dibantu, tambahnya. Bahkan bersumpah tidak akan meminta bantuan kepada pemerintah, yang dicaci makinya. Mahfud melengkapi jawabannya dengan memposting video Rizieq Shihab, yang secara demonstratif bersumpah tak akan meminta bantuan pemerintah.
Para petinggi FPI tak ketinggalan mempertanyakan sikap pemerintah yang dianggap menghambat kepulangan Rizieq Shihab. Lagi-lagi Mahfud memberikan paparan data bahwa beberapa kali Rizieq meninggalkan Arab Saudi seperti menuju Maroko dan Tunisia. “Kalau Rizieq memang berniat sungguh-sungguh pulang, sudah lama bisa pulang ketika pergi ke Maroko,” jelas Mahfud.
Selama ini terkesan dan dikesankan pemerintahlah yang membuat Rizieq Shihab tak bisa pulang ke Indonesia. Sebuah sikap dan pemikiran jauh dari rasionnal. Seakan pemerintah Arab Saudi bisa seenaknya dikendalikan pemerintah Indonesia. Beruntung Dubes Indonesia untuk Arab Saudi Agus Mahtuf dengan data lengkap selalu memaparkan berbagai persoalan yang sebenarnya melingkari Rizieq Shihab terkait ketentuan pemerintah Arab Saudi. Jelas, sama sekali tak ada hubungannya dengan pemerintah Indonesia.
Nah, ketika sempat ke Maroko mengapa Rizieq tidak langsung pulang ke Indonesia? Ini juga membuktikan saat itu tak ada larangan Rizieq ke luar dari Arab Saudi. Lagi-lagi di sini kelucuan dan keironisan terlihat jelas. Sebenarnya bisa pulang ke Indonesia tapi berlagak tidak bisa pulang dengan menuding pemerintah Indonesia berusaha mencegah. Sebuah kebohongan, yang gambang ditebak dan dilacak.
Sebenarnya sederhana kenapa Rizieq selama ini tak pulang ke Indonesia. Apalagi kalau terkait berbagai kasusnya, yang entah berapa. Ada dugaan ketakutan pulang karena proses hukum yang telah disiapkan pihak kepolisian. Lho, sekarang kok berani pulang. Mungkin sudah penuh nyali atau keberaniannya.
Dari sini saja, terasa celotehan nitizen yang menyarankan sebaiknya Rizieq tetap saja di Arab Saudi karena bikin kegaduhan kalau pulang ke Indonesia, ada dasar dan alasannya. Ketika berada di Arab Saudi dan rencana kepulangan saja selalu menimbulkan kegaduhan. Ia dari Arab Saudi selalu menyemburkan berbagai kontroversi yang mengganggu ketenangan negeri ini. Kontroversi jauh dari produktif.
Kegaduhan kekinian belum menjejerkan sepak terjang lain ketika berada di Indonesia. Sangat panjang deretan kegaduhan dan masalah yang dibuat Rizieq Shihab. Mencaci maki suku Sunda, menebar ujaran kebencian kepada masyarat Bali, menghina agama Kristen, Gus Dur, melecehkan polisi, termasuk ledekan pada Bung Karno.
Bukan hanya komentar. Dalam berdoapun Rizieq bukan yang baik-baik sebagaimana diajarkan Rasulullah. Dalam sebuah video berdurasi sekitar dua menit Rizieq berdoa bermuatan buruk sehingga lebih mirif sumpah serapah. Berdoapun bikin kegaduhan dan keributan.
Mereka yang mengerti ajaran Islam tentu merasa heran. Ajaran Islam yang mana, memerintahkan ulama melakukan kegaduhan dalam berdakwah. Memaki, menghujat, menghina dan kadang sumpah serapah sehingga timbul keributan. Yang ada dalam ajaran Islam perintah kepada ulama, dai, ustad dan ummatnya untuk mencerahkan, menenangkan dan menyejukkan.
Dalam menyampaikan kritikpun –katakanlah amar ma’ruf nahi munkar para ulama, kiai, tokoh, ummat Islam diperintahkan menggunakan adab dan akhlaq. Kritik setajamnya tapi dilarang menghina dan menghujat serta memfitnah. Itu ajaran Islam.
Sebuah ayat al Quran surat Thaha ayat 44 memaparkan bagaimana Allah memerintahkan Nabi Musa dan Nabi Harun dalam menghadapi Fir’un. Seorang Fir’un yang dzalim luar biasapun Allah perintahkan dihadapi dengan kata-kata lemah lembut. Aneh kan, jika kepada Fir’aun saja Allah perintahkan harus lembut lha kok kepada sesama muslim memaki, menghujat, menghina dan bahkan memfitnah.
Jadi, sulit rasanya diingkari jika Rizieq disebut biang kegaduhan. Begitulah.