MH. Said Abdullah
Sesulit apapun situasi, jika terus berusaha bekerja keras, selalu terbuka kemungkinan ditemukan jalan ke luar. Kuncinya adalah terus berupaya dan tidak pernah kehilangan harapan serta tidak patah semangat menghadapi masalah seberat apapun.
Kesadaran sikap dan perilaku seperti itulah yang ditunjukkan seluruh komponen bangsa Indonesia. Dalam situasi ekonomi sulit akibat pandemi Covid-19 optimisme terus terpancang. Berbagai ikhtiar terus dilakukan tanpa henti. DPR dan pemerintah terus bersinergi mengupayakan berbagai cara mengatasi dampak pandemi pada berbagai sektor kehidupan, terutama ekonomi.
Jelas sangat tidak mudah. Apalagi dampak pandemi Covid-19 dialami seluruh negara di dunia sehingga praktis sulit berharap bantuan dari negara lain. Semangat kebersamaan lebih dari 216 negara di dunia untuk saling membantu memberikan berkah tersendiri. Secara psikologis seluruh negara di dunia tidak merasa sendirian mengalami akibat dari dampak pandemi sehingga berbagai upaya pun selalu dilaksanakan dalam semangat kebersamaan.
Indonesia tergolong relatif beruntung. Ketika berbagai lembaga keuangan memprediksi kontraksi ekonomi dunia minus sekitar 7 persen, Indonesia hanya mengalami minus sekitar 1,5 persen. Jauh lebih rendah dibanding kondisi ekonomi dunia secara keseluruhan.
Dengan kondisi relatif baik tidak salah jika kemudian Bank Dunia memprediksi Indonesia akan menjadi negara ketiga, setelah China dan India, yang akan ke luar dari krisis ekonomi dunia. Dan ternyata prediksi mulai terbukti belakangan.
Berdasarkan laporan terbaru Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) disebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia terbaik kedua setelah Cina. Pertumbuhan Cina yang tidak mengalami kontraksi kemungkinan tahun ini tumbuh 1,9%. Indonesia hanya mengalami kontraksi minus sekitar 1,5 persen, jauh di bawah negara-negara anggota G-20.
Apa yang dipaparkan IMF sejalan realitas kondisi perekonomian Indonesia saat ini yang telah memasuki fase titik balik (turning point) dari keterpurukan akibat pandemi COVID-19. Walau masih mengalami kontraksi, namun seluruh komponen pertumbuhan ekonomi mulai menunjukkan tren meningkat bahkan telah melewati fase kritisnya.
Secara obyektif momentum perkembangan ekonomi pada triwulan III-2020 sudah menemukan turning point. Untuk kembali pada track pertumbuhan ekonomi positif. Hal ini tercermin dari terjadinya perbaikan di berbagai sektor ekonomi nasional dari kondisi kontraksi yang dalam menuju ke arah zona positif pada triwulan III-2020.
Perekonomian nasional pada triwulan III-2020 masih mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 3,49 persen secara tahunan (year on year/yoy). Tetapi, sudah mulai terjadi perbaikan dari triwulan sebelumnya sebesar minus 5,32 persen (yoy). Secara kuartalan juga sudah mengalami peningkatan sebesar 5,05 persen.
Situasi kondusif titik balik perekonomian nasional pada kuartal III-2020 ini harus tetap dipertahankan hingga kuartal IV atau hingga akhir 2020. Sisa waktu satu setengah bulan hingga akhir tahun 2020, harus bisa dioptimalkan oleh pemerintah melalui antara lain belanja perlindungan sosial harus dioptimalkan penyerapannya.
Sampai saat ini, realisasi pemanfaatan dana penanganan COVID-19 dan PEN hingga 11 November 2020 baru mencapai Rp386,01 triliun atau setara 55,5 persen dari pagu anggaran Rp695,2 triliun. Karena itu, perlu upaya kerja keras, untuk bisa mewujudkan alokasi anggaran hingga mencapai 100 persen. Waktu tinggal 1,5 bulan lagi, jangan sampai PEN 2020 tidak bisa dioptimalkan.
DPR mengapresiasi realisasi Program Perlindungan Sosial (Perlinsos) yang sudah mencapai Rp182,54 triliun atau 77,9 persen dari pagu Rp234,33 triliun. Dana Perlinsos tersebut, telah dirasakan oleh lebih dari 40 persen masyarakat berpenghasilan terbawah. Sejalan dengan itu, alokasi anggaran untuk UMKM sudah terserap hingga Rp95,62 triliun atau 93,3 persen dari pagu Rp114,81 triliun.
Program UMKM harus menjadi motor bergeraknya sisi penawaran (supply) dalam perekonomian, sehingga UMKM bisa menjadi faktor pendorong bangkitnya sektor riil. Hal itu penting mengingat banyak UMKM yang gulung tikar dan kehabisan modal selama pandemi. Padahal pulihnya UMKM bisa membantu membuka lapangan pekerjaan.
Di luar penyerapan anggaran relatif baik, beberapa program realisasinya masih rendah. Misalnya, realisasi anggaran untuk kesehatan hingga 11 November 2020 tercatat masih sebesar Rp34,39 triliun atau 35,3 persen dari pagu Rp97,26 triliun. Untuk itu, harus mendapat perhatian tersendiri dari pemerintah, jangan sampai kondisi ini berdampak terhadap kinerja tenaga kesehatan.
Tentu semua pada akhirnya, selain pemerintah perlu dukungan seluruh rakyat negeri ini, bagaimana segera mengembalikan kondisi ekonomi pada track pertumbuhan positif. Penyakitnya sangat jelas karena dampak pandemi Covid-19. Proses penyembuhannya yang paling mendasar adalah kedisiplinan masyarakat untuk terus mentaati protokol Covid-19 dengan tetap memakai masker, menjaga jarak dan menghindari kerumunan serta rajin cuci tangan.
Percayalah, fondasi dan kondisi ekonomi nasional sangat baik. Karena kondisi pandemilah seperti juga negara lain Indonesia terdampak mengalami kontraksi ekonomi. Jika pandemi berakhir diyakini berdasarkan data dan fakta dari laporan Bank Dunia maupun IMF, Indonesia akan menjadi salah satu dari negara yang akan segera bangkit ekonominya.