SUMENEP, koranmadura.com – Pemberian pupuk pada tanaman memang harus dilakukan. Karena itu peranan penting pada tanaman agar tumbuh subur.
Namun, pemakaian pupuk nonorganik atau pupuk yang mengandung unsur kimia harus dilakukan secara seimbang, apabila terlalu banyak menabur pupuk akan berdampak pada tanah akan menjadi asam sehingga teksturnya cenderung lebih keras dan tidak gembur. Sehingga menyebabkan unsur tanah kurang subur.
Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Holtikultura dan Perkebunan (Dispertahortbun) Sumenep Arif Firmanto menyarankan petani untuk memperbanyak pemakaian pupuk anorganik.
“Diharapkan petani menggunakan pupuk bokasi (organik) diawal, agar tanah menjadi subur, karena pemakian pupuk kimia secara berlebihan akan semakin menurun struktur tanah,” katanya.
Bahkan kata dia, kedepan petani dihimbau untuk mengurangi pemakaian pupuk kimia dan memperbanyak pemakaian pupuk organik.
“Selain bantuan diluar subsidi, pemakaian pupuk kimia harus semakin rendah, agar tidak terjadi kerusakan pada tanah,” jelasnya.
Sebab, jelasnya, pemakaian pupuk tidak berimbang, apalagi lebih memperoritaskan kimia, maka akan berdampak pada kesuburan tanah akan menjadi kurus. “Sulfur itu membutuhkan dalam jumlah cukup banyak (makro sekunder). Tanaman mengambil sulfur dari tanah dalam bentuk sulfat (SO42) dan sebagian kecil dari udara dalam bentuk SO2. Bentuk sulfur dalam tanah terdapat dalam bentuk anorganik dan organik,” ucapnya.
Adapun takaran pupuk anorganik kata dia maksimal dalam satu hektar tanaman padi yakni urea 250 kg, NPK Phonska 250 kg, dan 500 kg petroganik. “Sedangkan komudite jagung, dosis takaran pupuk, 300 kg urea, 300 kg NPK Phonska, 500 kg petroganik,” ujar dia. (JUNAIDI/ROS/VEM)