SUMENEP, koranmadura.com – Keberadaan jagung lokal di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, terancam punah. Untuk mempertahankannya, perlu adanya pembinaan oleh pemerintah kepada petani.
“Sejak beberapa tahun terakhir petani banyak yang menanam jagung hibrida dibandingkan jenis varietas lokal,” kata Abdul Manan, salah seorang petani di Sumenep, Selasa, 5 Januari 2020.
Senada dikatakan oleh Ahmadi, Ketua Pemerhati Petani Sumenep. Hasil amatan yang dilakukan, hampir semua petani memilih menanam bibit hibrida karena alasan omset yang didapat lebih menguntungkan. “Secara ekonomi memang harus diakui, namun dari sisi lain sangat merugikan, termasuk keberadaan bibit lokal itu sendiri,” jelas pria lulusan Malang itu.
Tergerusnya bibit lokal ini, lanjut Ahmadi, tidak hanya terjadi pada jagung, melainkan hampir semua jenis komoditi, seperti padi dan sejumlah tanaman holtikultura yang lain. “Dan ini sudah hampir merata di setiap kecamatan yang memiliki potensi pertanian,” jelas dia.
Hasil analisis sementara, salah satu penyebabnya karena banyaknya bantuan yang disuplay pemerintah menggunakan bibit varietas hibrida, sementara bantuan varietas lokal dinilai sangat minim. Sehingga secara tidak langsung telah meniadakan kearifan lokal yang mestinya dipertahankan.
”Kami harap pemerintah peka terhadap peristiwa ini. Minimalnya harus membuat regulasi baru, baik itu berupa Perda (Peraturan Daerah) maupun Perbub (Peraturan Bupati), yang nantinya bisa menjadi payung hukum untuk melestarikan ketahanan pangan di Sumenep ini,” harapnya.
Selain untuk mempertahankan bibit lokal, juga dari sisi kualitas lebih baik jagung lokal. “Kalau jagung lokal lebih tahan lama jika disimpan,” jalas dia. (JUNAIDI/ROS/VEM)