By: Miqdad Husein
Nasehat dan kritik terbaik berasal dari contoh perilaku terbaik. Seperti dikatakan tokoh pendidikan nasional Ki Hadjar Dewantara bahwa Ing ngarso sung tulodo. Jika berdiri di depan jadilah contoh. Bukan hanya memberi contoh.
Soal contoh dan nasehat menasehati ini sedang jadi trandy di jejaring sosial terutama twitter. Awalnya, pernyataan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang menasehati dan mengkritisi Presiden Jokowi. “Pemerintah harus mampu mengelola fiskal dan APBN dengan baik dalam rangka pemulihan ekonomi nasional akibat Covid 19,” katanya.
Ia berpendapat pemerintah harus mengendalikan pembelajaan negara, salah satunya menunda proyek-proyek strategis yang tidak urgen. Pemerintah harus sangat disiplin dan berani menunda proyek serta pengadaan strategis yang masih bisa ditunda. Pemerintah tak bisa selalu mengandalkan utang. “Utang luar negeri Indonesia saat ini sudah sangat tinggi sehingga membebani apbn dan membatasi ruang gerak ekonomi,” tegas SBY seperti dikutip berbagai media.
Karuan reaksi netizen membludak bagai ombak bulan Januari; menggelora merespon pernyataan mantan Presiden itu. Muncul berbagai sindiran dan pernyataan tajam kepada SBY, terkait kepemimpinannya selama 10 di negeri ini. Para netizen yang –agaknya- memiliki memory pahit era kepemimpinan SBY langsung mengeluarkan berbagai uneg-unegnya. Muncul predikat kepada SBY sebagai Mister Mangkrak. Sebuah julukan terkait banyaknya proyek mangkrak di masa kepemimpinan SBY.
Sebenarnya, dalam konteks kehidupan demokrasi, nasehat dan masukan serta kritik apalagi dari seorang mantan Presiden, pasti akan mendapat perhatian. Sesama sosok yang pernah menduduki jabatan tertinggi di Republik ini tentu memiliki semangat saling pengertian.
Saling pengertian dan kesadaran diri ini, yang menjadi sasaran kritik para netizen kepada SBY. Mereka menganggap SBY tidak memiliki dasar integritas moral memberikan saran kepada Presiden Jokowi. Sesuatu yang tidak pernah atau paling tidak belum sepenuhnya dilaksanakan oleh SBY kok malah dinasehatkan kepada Presiden Jokowi, yang telah melaksanakannya. Itu sama saja dengan mengajari bebek berenang, kata seorang netizen.
Tentang pembelanjaan negara misalnya, langsung mengingatkan pada kebijakan SBY yang membiarkan ribuan trilyun uang terbakar untuk BBM. Sebuah kebijakan super ironis hasil mental keraguan SBY dalam soal pencabutan subsi BBM. Bayangkan, untuk mencabut subsidi dengan menaikkan BBM Presiden SBY saat itu sampai memerlukan waktu sekitar dua tahun. Berbagai konsep skema diwacanakan dari soal CC mobil, tahun produksi sampai penggunaan stiker. Konon, Wakil Presiden saat itu –Jusuf Kalla- demikian gregetan terhadap sikap maju mundur SBY terkait BBM.
Penyebutan soal BBM tak urung menyerempet pula ke mafia Migas Petral, yang selama sepuluh tahun kepemimpinan SBY dibiarkan –ada yang menyebut dipelihara. Petral terbukti dari banyak kajian dan temuan menjadi biangkerok carut marut persoalan BBM di negeri ini sehingga terjadi high cost yang menguntungkan segelintir orang. Menjadi makin runyam ketika Petral menjadi sumber ketergantungan pengelolaan BBM negeri ini pada pihak lain.
Nasehat soal utang mungkin secara kuantitatif masuk akal karena jumlahnya sudah mencapai lebih 5000 trilyun. Tetapi jangan lupa, angka utang masih jauh dibawa ketentuan UU yang membatasi maksimal 60 persen dari PDB. Utang sebesar itu sebagian merupakan utang swasta dan bukan pemerintah.
Jika dikaji lebih serius lagi, dibanding utang negara-negara lain, sebenarnya utang Indonesia dibanding PDB masih tergolong rendah. Yang terpenting dan utama adalah utang benar-benar dimanfaatkan optimal untuk pembangunan infra struktur. Jadi, ada bentuknya dan bukan seperti yang terjadi di masa sebelumnya, ketika utang tidak meninggalkan bekas.
Kembali pada saran SBY, sebenarnya sah-sah saja dan secara konten tak ada masalah. Menjadi pergunjingan ketika yang menyampaikan praktis kurang melaksanakan ketika masih berkuasa selama sepuluh tahun. Kalau mengikuti bahasa anak sekarang, pernyataan SBY itu seperti NATO alias no action talk only. Atau, mengutif bahasa al quran, mengatakan tapi tidak mengerjakan. Jadilah heboh. Begitulah Pak By….