BANGKALAN, koranmadura.com – Lahan tandus di Desa Bandang Dajah, Kecamatan Tanjung Bumi, Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur sudah tak dirasakan lagi oleh warga setempat. Saat ini, lahan gersang yang biasa tergantung pada musim hujan bisa ditanam kapan saja.
Melalui program Eco Edufarming yang diberikan oleh Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO), kini lahan dengan 5.000 meter persegi ditanam beragam tanaman holtikultura. Seperti jagung varietas madura, tomat varietas servo, hingga cabe varietas imola.
Penanaman yang dimulai pada musim kemarau, diperkirakan Agustus – Oktober 2020 tersebut bisa tumbuh sumber dan bisa menikmati panen raya perdana di awal tahun 2021 ini. Hal itu, merupakan buah hasil kerja keras petani-petani menggunakan pupuk dari Eco Edufarming
Ketua Kelompok Tani Sangga Buana Desa Bandang Dajah, Jazi menyampaikan, sebelum mengikuti program Eco Edufarming dari PHE WMO lahan yang dimiliki itu hanya bisa menanam pada musim hujan saja. Itupun, hanya bisa menanam dua kali dalam setahun.
“Adanya hanya tanaman jagung dan kacang ijo. Itu pun setahun sekali, menunggu masa hujan turun. Sekarang kapan saja bisa,” kata dia Jazi, Senin 11 Januari 2021.
Melalui program ini, dirinya mengaku mendapatkan ilmu cara menanam buah-buahan hingga sayur-sayuran menggunakan Eco Edufarming. Karena menurut dia, biaya penanaman hingga panen dirasa lebih murah dari pada yang lain.
“Bersyukur saya mendapatkan ilmu. Ini bermanfaat bagi masyarakat serta pemuda Bandang Dajah yang menganggur bisa bergabung,” pungkasnya.
Langkah itu mendapatkan respon baik dari ketua Kelompok Bisnis Hortikultura Indonesia, Mohammad Maulid. “Ini bagus, mudah, dan menjanjikan. Semacam trigger bagi masyarakat, agar semangat bercocok tanaman holtikultura,” tutur dia.
Namun dia menyarankan kepada petani holtikultura untuk lebih fokus pada satu tanaman saja. Agar dalam perawatannya lebih fokus. Soal pemasarannya, lanjut Maulid sapaan akrabnya Mohammad Maulid akan dibantu untuk mencarikan pangsa pasar.
“Satu desa bisa jadi sentra tomat atau tanaman lainnya. Kami akan membantu dari segi market,” ucapnya.
Sementara pendamping pertanian, Nuruddin menyampaikan, agar program ini ada tindak lanjut, pihak PHE WMO akan memberikan pelatihan dalam pembuatan pupuk olahan dari kotoran hewan ataupun dari limbah arang sekam.
“Sehingga kendala air dan pupuk bisa diatasi secara mandiri. Bahkan selain jagung, semua tanaman bisa tumbuh subur di lahan yang dinilai minim air,” tutur Nuruddin. (MAHMUD/ROS/VEM)