SAMPANG, koranmadura.com – Seringkali terjadi kerawanan bencana alam, kini ratusan santri di Pondok Pesantren (Ponpes) Assirojiyyah, Kajuk, Kelurahan Rongtengah, Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, mengikuti pendidikan kerawanan kebencanaan, Kamis, 28 Januari 2021.
Ratusan santri mendapatkan ilmu guna sebagai bekal menghadapi kerawanan kebencanaan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat bersama sejumlah relawan kebencanaan dari Provinsi maupun daerah seperti dari Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU) Jawa Timur, Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Jatim dan FPRB Sampang.
Ketua Forum PRB Kabupaten Sampang, Moh Hasan Jailani menyampaikan, kerawanan bencana alam di berbagai daerah saat ini menjadi perhatian serius, tak terkecuali di Kabupaten Sampang yang hingga saat ini masih mempunyai potensi mengalami kerawanan bencana banjir, kekeringan longsor, puting beliung dan bencana lainnya. Oleh sebab itu, perlu adanya sinergi dari semua pihak baik pemerintahan maupun swasta ataupun dari pondok pesantren sendiri.
“Semua pihak perlu bersinergi dalam kerawanan kebencanaan ini. Ide-ide untuk berbagi ilmu di kalanganan ponpes sangat perlu apalagi di Sampang dikenal pula kota santri. Sehingga nantinya, para santri ini nantinya peduli dan tanggap jika ada bencana datang,” katanya, Jumat, 29 Januari 2021.
Tidak hanya soal tanggap jika ada bencana, Ketua LKNU ini Juga menyatakan, pemahaman sesuatu yang bisa mengurangi risiko bencana juga perlu ditanamkan bagi para santri. Sehingga nantinya para santri dapat mengantisipasi dini.
“Risiko-risiko bencana ini sangat perlu diketahui agar bisa di minimalisir. Toh semisal nanti ada bencana, karena sudah diberikan pelatihan dasar seperti teori dan praktik, maka nanti bisa mempersiapkan diri dan menambah kesigapannya. Sehingga apa yeng perlu diperbuat, para santri sudah tahu. Tapi diharapkan juga teori dan simulasi perlu terus dilatih agar bertambah kecekatannya dalam menghadapi kebencanaan,” terangnya.
Sementara Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Assirojiyyah, Kampung Kajuk, KH. Athoulloh Bushiri mengatakan, perlu kita garis bawahi bencana tidak bisa ditolak Namun, adanya Santri Tangguh Bencana (Santana) merupakan bentuk ikhtiar untuk meminimalkan bencana. Selain itu, pihaknya juga berterima kepada pihak-pihak terkait yang ikut menyukseskan acara tersebut dengan harapan bisa berdampak manfaat terutama kepada bangsa Indonesia.
“Saya minta kepada peserta terutama santri Assirojiyyah yang terhimpun dalam Santana untuk semangat dan giat. Karena kalian dipersiapkan untuk tanggap terhadap bencana,” tuturnya berpesan.
Terpisah, Kasi Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sampang Moh. Imam menjelaskan, Santana merupakan program yang memberikan pemahaman teori dan praktek tangguh terhadap bencana. Menurutnya, langkah itu dilakukan untuk menekan terjadinya risiko apabila terjadi bencana alam, seperti gempa bumi, kebakaran dan bencana banjir.
“Bentuk pendidikan yang kami sampaikan adalah teori dan praktek, yakni berupa simulasi secara langsung kepada para santri. Ada kurang lebih 160 santri yang mengikuti kegiatan ini,” terangnya.
Pihaknya berharap, adanya Santana di Pondok pesantren menjadi pilot project untuk pondok-pondok yang lain untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam mengurangi risiko bencana. (MUHLIS/ROS/VEM)