PAMEKASAN, koranmadura.com – Jalan utama yang menghubungkan Kota Pamekasan dengan kawasan pantai utara retak dan ambles akibat pergerakan tanah.
Lokasi jalan yang ambles berada di Dusun Jepon, Desa Bindang, Kecamatan Pasean, tidak jauh dari lokasi longsor yang menewaskan lima orang santri pada Rabu, 24 Februari 2021, pagi.
Jalan mengalami keretakan akibat pergerakan tanah. Bahkan di beberapa titik, panjang retakan mencapai delapan meter dengan lebar retakan lebih 50 sentimeter.
Jalan tersebut merupakan penghubung Kota Pamekasan menuju Kecamatan Pasean dan Pasongsongan, Sumenep.
Menurut warga, pada saat terjadi longsor sehari sebelumnya, kondisi jalan sudah mulai retak-retak, namun masih bisa dilalui. Retakan itu semakin parah sejak Kamis, 25 Februari 2021, dini hari, bersamaan dengan turunnya hujan.
“Kami langsung melaporkan peristiwa ini ke kepala desa untuk dilanjutkan ke pihak yang berwenang,” kata Anwari, warga Desa Bindang.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pamekasan menutup jalan tersebut untuk semua kendaraan, termasuk kendaraan roda dua.
Koordinator Tim Reaksi Cepat BPBD, Budi Cahyono mengatakan, kondisi jalan sangat berbahaya untuk semua kendaraan, karena posisinya berdekatan dengan tebing dan kondisi tanahnya labil.
“Kami mengantisipasi pergerakan tanah yang memungkinkan menyebabkan longsor dan keretakan jalan yang lebih parah,” kata Budi.
Sehari sebelumnya, tidak jauh dari lokasi jalan yang retak, terjadi longsor. Peristiwa tersebut menyebabkan salah satu bangunan asrama santri Ponpes Annidhomiyah rusak parah terkena material longsor. Lima orang santri ponpes tersebut meninggal dunia akibat tertimpa bangunan asrama. (G.MUJTABA/ROS/VEM)