Oleh : MH Said Abdullah
Setahun sejak pandemi Covid-19 berbagai dampak masih sangat terasa. Terbentang tantangan berat yang mengharuskan seluruh potensi Negeri ini untuk bahu membahu bekerja keras agar berbagai dampak pandemi segera teratasi.
Sangat berat, memang. Namun dengan optimisme dan kesungguhan kerja, negeri ini diyakini akan segera kembali bangkit menatap kehidupan lebih baik.
Ada beberapa argumentasi kenapa patut optimistis. Pertama, program vaksinasi cegah Covid-19 telah dipersiapkan dengan matang dan secara bertahap akan menjangkau seluruh rakyat Indonesia. APBN 2021 menganggarkan program kesehatan cegah Covid-19 sebesar Rp 104 triliun. Perinciannya, untuk pengadaan vaksin, vaksinasi, dan sarpras pendukungnya. Anggaran itu diperuntukkan sekitar 184 juta penduduk yang menjadi target vaksinasi.
Kedua, kondisi makro ekonomi Indonesia menunjukkan arah pencapaian yang baik pada pengujung 2020. Pada triwulan III 2020 tumbuh sebesar -3,49 persen (YoY), membaik dari triwulan sebelumnya sebesar -5,32 persen (YoY). Secara keseluruhan, pada 2020 pertumbuhan ekonomi RI -2,19 persen setelah pada triwulan IV pertumbuhan ekonomi minus 2,07 persen, sedikit lebih baik dari triwulan III 2020.
Tingkat inflasi sampai Desember 2020 sebesar 1,68 persen (YoY) dan rata-rata nilai tukar rupiah USD 14.577. Dengan bekal ini, diyakini pertumbuhan ekonomi tahun ini mencapai 3,3–4,2 persen.
Ketiga, desain APBN tahun ini diasumsikan atas dasar keadaan yang lebih baik jika dibandingkan dengan APBN perubahan 2020. Pada APBN perubahan 2020, pertumbuhan ekonomi diasumsikan -0,4–2 persen; inflasi 2–4 persen; nilai tukar rupiah di kisaran Rp 14.900–Rp 15.500; tingkat pengangguran 7,8–8,5 persen; dan tingkat kemiskinan 9,1–10,2 persen.
APBN 2021 mengasumsikan pertumbuhan ekonomi 5 persen dan tingkat inflasi 3 persen. Asumsi inflasi lebih tinggi daripada realisasi 2020 karena sisi demand ekonomi RI mulai bergerak kembali. Nilai tukar rupiah berkisar Rp 14.600/USD; tingkat pengangguran 7,7–9,1 persen; tingkat kemiskinan 9,2–9,7 persen; dan rasio Gini 0,377–0,379. Optimisme ini didasarkan pada kinerja ekonomi yang membaik di akhir 2020 sebagaimana penjelasan di atas.
Keempat, berbagai lembaga ekonomi dan keuangan internasional mengasumsikan keadaan ekonomi dunia pada 2021 lebih baik daripada tahun lalu. IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia di kisaran 5,2 persen; Bank Dunia 4,2 persen; serta OECD 5 persen. Bahkan, asumsi pertumbuhan ekonomi 2020 sebelum ada pandemi Covid-19 oleh tiga lembaga keuangan ini lebih rendah daripada asumsi pertumbuhan ekonomi dunia 2021. IMF, misalnya, memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia 2020 sebesar 3,3 persen; OECD 3,3 persen; dan Bank Dunia 2,5 persen.
Kondisi makro itu memperlihatkan potensi menggairahkan untuk perbaikan ekonomi tahun ini. Namun demikian tetap perlu ada upaya lebih serius dalam upaya pemutusan pandemi. Bagaimanapun fluktuasi kondisi pandemi seperti juga terjadi di negara lain menjadi faktor utama berbagai upaya recovery ekonomi.
Di sinilah urgensi kerja besar vaksinasi yang telah dimulai sekitar pertengahan Januari lalu. Kecepatan pelaksanaan vaksinasi tidak hanya secara riil memberi dampak fisical kondisi kesehatan masyarakat. Tak kalah penting pengaruh psikologis yang dapat meningkatkan optimisme upaya penanggulangan pandemi.
Peningkatan kedisplinan melaksanakan protokol kesehatan di tengah masyarakat mutlak perlu mendapat perhatian. Seluruh komponen masyarakat, jajaran pemerintah, tokoh agama, tokoh masyarakat, adat dan lainnya diharapkan partisipasi aktif. Sangat disadari soal kedisiplinan mentaati Prokes menjadi salah satu titik kelemahan berbagai upaya pemutusan pandemi.
Keberhasilan vaksinasi tidak berdiri sendiri. Harus pula didukung peningkatan kedisiplinan mentaati Protes.
Optimisme penting, demikian pula bangunan fondasi ekonomi makro dan ketersediaan penganggaran APBN. Namun semuanya harus ditindaklanjuti kerja keras seluruh komponen bangsa. Tidak ada keberhasilan tanpa kebersamaan, kerja keras dan kerja cerdas. Begitulah.