BANGKALAN, koranmadura.com – Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur, sejak dulu dikenal dengan tempat perkebunan salak. Di perkotaan, ada suatu tempat permukiman warga yang dinamakan jalan pesalakan. Tepatnya di Kelurahan Kemayoran, kecamatan kota.
Nama salak tersebut hingga saat ini dijadikan ikon kota salak bagi kabupaten paling barat Pulau Madura ini. Julukan identitas ciri khas tersebut merupakan sematan dari masyarakat, karena banyaknya perkebunan salak.
Namun, sayangnya dengan padatnya penduduk di perkotaan Bangkalan, mulai sejak 1990-an lahan-lahan salak itu mulai beralih, dari perkebunan menjadi bangunan permukiman. Lalu, Benarkah ikon kota salak saat ini hanya sebatas nama saja?
Rektor Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Muh. Syarif menyampaikan, jika ikon kota salak di Kabupaten Bangkalan ini tidak dilestarikan dengan serius oleh pemerintah, maka identitas pemberian dari masyarakat umum itu akan hanya sebatas nama saja.
“Karena perkampungan pesalakan yang ada hanya nama saja, tapi pohon salaknya sudah berkurang,” katanya, Selasa, 23 Maret 2021.
Menurut Abah Syarif, sapaan akrabnya Rektor UTM, pemerintah kabupaten (Pemkab) setempat semestinya memperhatikan kelestarian ikon kota salak tersebut, agar tidak hanya terpampang nama saja di Bangkalan.
“Fokus membangun perkampungan salak, sehingga jika wisatawan ingin membeli salak yang di daerah itu,” katanya.
Selain itu, masyarakat Bangkalan perlu diberi edukasi terkait pemberdayaan buah salak. Karena, jika hanya dijual salaknya saja, pasti daya tarik terhadap masyarakat akan berkurang. Kata dia, seperti produksi makanan kuliner tapi bahan bakunya menggunakan salak.
“Jadi hulu hilirnya ada di Bangkalan, tidak hanya dijual buahnya saja, tapi ada kreatif makanan kuliner dari bahan baku salak,” katanya. (MAHMUD/ROS/VEM)