SUMENEP, koranmadura.com – Suasana Keraton Sunenep, Madura, Jawa Timur, telah berubah. Nuansa keraton kini tampak terasa mulai dari saat memasuki Labang Mesem.
Di sana terdapat petugas jaga yang berpakaian adat. Para penjaga itu tampak menyambut setiap orang yang hendak masuk ke area keraton.
Di hari pertamanya masuk keraton, Bupati Sumenep, Achmad Fauzi, juga tampak masuk dari Labang Mesem. Ke depan siapapun yang hendak masuk keraton, atau bertamu ke rumah dinas bupati, harus melalui Labang Mesem.
“Sebelum dilantik, saya sudah menyampaikan agar budaya dan tata cara masuk keraton diubah, dalam artian dikembalikan ke nuansa masa lalu,” ujarnya, Senin, 1 Maret 2021.
Di samping tata cara masuk keraton yang harus melalui Labang Mesem, penjaga, pramusaji, dan beberapa petugas lain di area keraton juga harus berpakaian adat.
“Selanjutnya di areal keraton dilarang merokok. Area merokok hanya diperbolehkan pada smoking area yang telah ditetapkan,” ujar suami Nia Kurnia Fauzi itu.
Lebih lanjut Fauzi menyampaikan, dalam area Pendopo Keraton Sumenep ataupun di area Andhap Asor tidak diperkenankan memainkan atau memperdengarkan musik modern. Yang diperbolehkan hanya musik tradisional atau klenengan.
Kemudian ketika akan memasuki keraton melalui pintu utama atau Mandiyoso maka semua tamu wajib melepaskan sandal atau sepatu, dan baru bisa dipakai lagi ketika sudah melewati ruangan atau ketika sudah di pintu utara. “Di situ nanti juga akan ada petugas yang akan senantiasa mengingatkan,” tambahnya.
Sementara mengenai kegiatan di Pendopo Keraton Sumenep, menurut Fauzi, hanya kegiatan penting. Seperti acara kenegaraan yang berkaitan dengan Pemerintah Pusat dan Provinsi. “Artinya ke depan kami akan sangat selektif dengan mempertimbangkan tingkat urgensitasnya,” tegas dia.
Ketentuan lain yang sudah dijalankan, salah satunya, memfungsikan kembali ruang raja dan patih atau ruang semedi Sultan Abdurrahman.
Fauzi menegaskan, pengembalian nuansa Keraton Sumenep itu di antaranya dalam rangka melestarikan dan mengangkat citra budaya Sumenep dengan keraton sebagai ciri khasnya.
Kemudian untuk menghidupkan kembali nilai-nilai budaya sehingga budaya keraton menjadi semakin tampak dan dihargai, serta sebagai bagian dari penghargaan terhadap Raja-raja Sumenep di masa lalu bersama keluarga dan keturunannya.
“Beberapa hal itu berdasarkan masukan dari pihak-pihak yang menginginkan agar budaya Sumenep tetap terjaga. Harapannya ke depan Sumenep semakin dikenal sebagai destinasi kota budaya keraton,” pungkasnya. (FATHOL ALIF/SOE)