SUMENEP, koranmadura.com – Di masa kini, kaum perempuan tidak hanya berkutat dengan urusan ‘dapur’. Mereka memiliki kehidupan pribadi yang tak kalah dinamis dibandingkan kaum pria. Semua itu, tentu tak bisa dilepaskan dari peran RA Kartini di masa lalu.
Sebagai bentuk penghormatan, setiap tanggal 21 April diperingati sebagai Hari Kartini. Pada momen Hari Kartini kali ini, Wakil Bupati Sumenep, Madura, Jawa Timur, Dewi Khalifah memberikan apresiasi kepada sosok perempuan hebat di daerah.
Sosok perempuan dimaksud ialah Ika Arista. Dia merupakan satu satunya perajin atau empu keris perempuan yang ada di desa yang dikenal sebagai pusat perajin keris di Kabupaten Sumenep, yakni Desa Aeng Tong Tong, Kecamatan Saronggi.
Perempuan lulusan sebuah perguruan tinggi di Madura ini sudah sejak lama menekuni aktifitasnya membuat keris, yaitu sejak masih duduk di kelas enam sekolah dasar.
Awalnya, dia hanya belajat membuat sarung keris. Namun lambat laun, kini Ika telah menjadi satu-satunya empu keris perempuan di Sumenep.
Terlahir di lingkungan para perajin keris, membuat perempuan berusia 30 tahun itu dengan mudah mempelajari segala hal berkaitan dengan keris, termasuk cara membuatnya.
Kini Ika sudah bisa dan menguasai pembuatan dan segala macam jenis keris. Kualitas keris buatannya sudah diakui banyak kalangan. Terbukti, keris buatannya sudah laku di jual di pasaran. Bahkan sampai ke beberapa negara di Asia Tenggara.
“Saya menyampaikan apresiasi kepada empu perempuan satu-satunya di Madura, bahkan mungkin di Indonesia, yang mau melestarikan budaya Sumenep (membuat keris),” ujar Nyai Eva, sapaan akrab Dewi Khalifah.
Orang nomor dua di lingkungan Pemkab Sumenep itu berharap, ke depan terus ada generasi yang mengetuk-tularkan salah satu budaya Sumenep tersebut.
“Walaupun saya yakin memang tidak semua mampu menjadi empu, apalagi perempuan. Karena membuat keris itu tidak bisa sembarangan. Butuh ketenangan, kesucian jiwa dan kesabaran agar menyatu antara jiwa dan karyanya,” ungkap dia.
“Keris adalah warisan budaya Indonesia yang harus dilestarikan, khususnya oleh generasi muda di Sumenep,” tambah Nyai Eva. FATHOL ALIF/ROS/VEM