Oleh: MH. Said Abdullah
Ramadan yang disebut sebagai bulan pendidikan sesaat lagi berakhir. Selalu merebak harapan besar pelaksanaan ramadan memberi perubahan pada peningkatan kualitas keislaman baik hablum minallah maupun Hablum minannas, spiritual dan kemanusiaan. Harapan ideal normatif sebagaimana lazimnya penyelesaian proses pembelajaran.
Kepedulian sosial merupakan ‘materi’ pendidikan paling utama selama pelaksanaan puasa ramadan. Melalui rasa lapar dan haus ummat Islam dilatih dan dibangkitkan kepekaannya pada berbagai persoalan sosial.
Di bulan puasa sangat mudah terlihat praktek-praktek ‘latihan’ kepedulian sosial. Memberikan ta’jil kepada masyarakat yang sedang dalam perjalanan, mengirimkan makanan berbuka ke masjid, ke lembaga sosial, tetangga terdekat, mudah ditemui sebagai wujud pendidikan bulan ramadan.
Selain itu di bulan ramadan sering pula dimanfaatkan ummat Islam berkemampuan untuk momentum melaksanakan kewajiban zakat. Dan puncak dari mobilitas pendidikan kepedulian adalah melaksanakan kewajiban membayar zakar fitrah di akhir ramadan.
Sangat intens sebenarnya proses pendidikan dan pematangan serta upaya membangkitkan kepedulian sosial. Tidak salah jika ada pendapat bahwa bulan ramadan merupakan momentum stimulus sosial memacu empati, simpati dan kepedulian ummat Islam.
Tentu pasca ramadan diharapkan ada hasil dari proses pendidikan selama satu bulan penuh itu. Sehingga makin memperkuat dan memperkokoh semangat serta watak gotong royong masyarakat Indonesia, yang sudah melekat kuat.
Sikap saling membantu ‘gotong royong’ yang menjadi kekuatan bangsa Indonesia diharapkan makin kokoh setelah mendapat penyegaran spiritual nilai-nilai puasa. Keyakinan bahwa gotong-goyong, sikap peduli merupakan subtansi sosial dalam kehidupan beragama akan makin mengentalkan ikatan persaudaraan sebangsa.
Bahwa beragama, mentaati dan melaksanakan ajaran agama dalam konteks sosial diwujudkan dalam mengembangkan kehidupan kebersamaan, saling asah, asih dan asuh sesama anak bangsa.
Demikianlah seharusnya beragama dalam konteks sosial. Mengedepankan nilai kemanusiaan kepada sesama tanpa skat-skat keterikatan simbol keagamaan. Semua berada dalam bingkai relasi kemanusiaan.
Saat ini, di masa seluruh dunia berada dalam kondisi pandemi, tidak ada yang lebih bernilai secara sosial selain ikatan persaudaraan dan kebersamaan di atas landasan nilai kemanusiaan. Bahkan tidak hanya sesama anak negeri, juga terhadap seluruh warga dunia.
Alangkah dasyat energi spiritual ummat Islam pasca puasa, yang berjumlah sekitar 1,9 milyar jika berkontribusi dalam penanganan masalah pandemi Covid-19. Dan di negeri ini, sebagai mayoritas penduduk Indonesia, ummat Islam tentu lebih memiliki tanggungjawab besar memberikan kontribusi kemanusiaan untuk Indonesia yang lebih baik.
Dari lubuk paling dalam, harapan demikian besar gairah penyegaran spiritual dan sosial selama ramadan terus berlanjut, meningkat lebih baik untuk energi Indonesia yang lebih baik. Selamat Idul Fitri semoga amal ibadah selama ramadan diterima Allah sehingga secara sosial dan terutama kemanusiaan memberi manfaat besar kepada sesama.