Oleh: MH. Said Abdullah (*)
“Selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menentang penjajahan Israel atas bangsa Palestina,” Bung Karno.
Tegas, jelas pernyataan Bung Karno tentang perjuangan rakyat Palestina. Pernyataan itu tidak sekedar retorika bombastis. Juga dibuktikan dalam berbagai dukungan diplomasi dan sikap keberpihakan kepada rakyat Palestina lainnya.
Saat menyampaikan pidato pembukaan pada acara Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung tahun 1955, secara lantang Bung Karno memberikan dukungan kepada negara-negara yang masih mengalami penjajahan. “Kolonialisme belum mati, hanya berubah bentuknya. Neokolonialisme itu ada di berbagai penjuru bumi, seperti Vietnam, Palestina, Aljazair dan seterusnya,” kata Soekarno.
Pada hari peringatan hari kemerdekaan RI ke-21 tahun 1966, Bung Karno kembali menegaskan tentang perlawanan terhadap imperalisme. “Kita harus bangga, bahwa kita adalah satu bangsa yang konsekuen terus. Bukan saja berjiwa kemerdekaan, bukan saja berjiwa anti imperialisme, tetapi juga konsekuen terus berjuang menentang imperialisme. Itulah pula sebabnya kita tidak mau mengakui Israel!” kata Soekarno.
Konsistensi Indonesia itu terus berlanjut sampai kini. Tidak berobah sedikitpun walau berbagai godaan diplomasi terutama tawaran bantuan ekonomi dan investasi terus mendekati Indonesia.
Siapapun pemegang kekuasaan di negeri ini secara moral memang harus terus menyuarakan pembelaan dan dukungan kepada rakyat Palestina. Karena itulah jati diri, watak asli dan merupakan sikap konsisten seluruh rakyat Indonesia.
Di era modern sekarang ini Presiden Jokowi sekali lagi memperlihatkan sikap tegas Indonesia yang memberikan dukungan penuh perjuangan rakyat Palestina. Indonesia seperti ditegaskan Presiden Jokowi mengutuk keras serbuan Israel terhadap rakyat Palestina di Gaza.
Tidak salah bila beberapa video yang merekam suara dari rakyat Palestina demikian sangat berharap dan apresiasi kepada pemerinah Indonesia. Sebab, sejauh ini Indonesialah negara di dunia ini paling konsisten mendukung perjuangan rakyat Palestina, tanpa selangkahpun berobah.
Banyak negara di kawasan Timur Tengah, sejak tahun 1990 mulai berobah sikap, tergoda atau sangat mungkin terdesak kelelahan karena perang berkepanjangan. Mereka bersikap mendua bahkan ada yang berhubungan mesra secara diplomatik hingga membuat Palestina makin merana. Secara riil kini Palestina merana sendirian di tengah kepungan negara yg ambivalen, ambigu dan unfair.
Lucunya tidak ada ummat Islam Indonesia yang protes ke negara UEA, Qatar, Sudan, Turki yang membuka hubungan diplomatik langsung tingkat Dubes dengan Israel. Dan Saudi malu-malu kucing akan membuka hubungan diplomatik, sementara pesawat Israil kini sudah diizinkan secara resmi lewat udara Saudi.
Sebagian masyarakat negeri ini ironisnya ada yang demikian bangga kepada Erdogan yang beretorika keras mengutuk Israel. Padahal, Turki demikian mesra menjalin hubungan diplomatik dengan Israel. Bahkan pernah tercatat Israel merupakan mitra dagang terbesar Turki. Sementara kepada pemerintah Indonesia yang sangat tegas kadang kurang apresiasi.
Palestina di era modern sekarang memang berada dalam pusaran kepentingan bahkan sampai pada tingkat pemanfaatan opini. Di Indonesia misalnya, ada pembiaran seakan Palestina merupakan persoalan agama sehingga pembelaan kepada Palestina dijadikan komoditas politik identitas.
Pada konflik saat ini, berbagai opini tentang Palestina dan Israel demikian gencar tersebar. Artikel Ilmiah, partisan, bernuansa agama dan yang sekedar hanya provokasi berseliveran saling mengedepankan kepentingan. Sebuah penegas bahwa perang mengalami eskalasi melampaui batasan fisik. Euforia media sosial benar-benar menjadi ajang baru konflik Palestina-Israel.
Di tengah jelaga dan kendala sikap berbagai negara yang memposisikan Palestina semakin ‘kesepian’ konsistensi sikap Indonesia yang merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia dapat memainkan peran pentingnya. Indonesia saat ini menjadi satu-satunya negara, yang paling diharapkan memberikan dukungan kepada Palestina.
Pemerintah Indonesia perlu segera mendorong OKI, terutama dalam mewujudkan kembali kebersamaan dalam penyelesaian persoalan Palestina. Hubungan baik pemerintah -sebagai representasi politik bebas aktif- kepada semua negara di dunia dapat menjadi energi penting bagaimana menghentikan konflik berurat akar agar segera terwujud kedamaian. Sebuah peran besar, yang harus diakui memang tidak mudah namun faktual menjadi harapan besar rakyat Palestina. (*)
*Ketua Banggar DPR.