SUMENEP, koranmadura.com – TP PKK Sumenep, Madura, Jawa Timur, menggelar kegiatan pendampingan ibu hamil kurang energi kronik (KEK) di Kabupaten Sumenep sebagai kemitraan program dengan Dinas Kesehatan setempat, Selasa, 24 Agustus 2021.
Kegiatan yang bertempat di Polindes Dapenda, Kecamatan Batang-Batang ni bertujuan meningkatkan pemberdayaan, terutama kader PKK, serta menumbuhkan-kembangkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan dan keselamatan ibu, bayi serta balita. Selain itu juga untuk menekan angka kematia ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB).
“Semoga melalui acara ini dapat mengurangi risiko bagi kesehatan ibu dan bayi yaitu ibu hamil yang kurang energi kronis (KEK) di Kabupaten Sumenep,” kata Ketua TP PKK Sumenep, Nia Kurnia Fauzi.
Baca: TP PKK Sumenep Gelar Penyuluhan, Sampaikan Tujuan dan Manfaat Program KB
Dalam sambutannya, ia menyampaikan bahwa kehamilan merupakan hal yang membahagiakan. Harapan yang diinginkan dari kehamilan itu sendiri adalah ibu dan bayi dalam keadaan sehat.
Namun dalam proses kehamilan ibu, menurut Nia ada kondisi tertentu yang dapat meningkatkan risiko bagi kesehatan ibu dan bayi, yaitu ibu hamil yang kurang energi kronis (KEK). Keadaan ini bisa menyebabkan bayi yang akan dilahirkan mengalami pertumbuhan tidak ideal atau stunting.
Stunting sendiri merupakan salah satu ancaman utama kualitas manusia Indonesia. Pasalnnya, anak yang mengalami stunting tidak hanya terganggu pertumbuhan fisiknya, tetapi juga perkembangan otaknya. Sehingga dalam perkembangannya dapat mempengaruhi kemampuan produktifitas dan kreatifitasnya.
Menurutnya, stunting masih menjadi masalah prioritas yang harus segera diselesaikan di Sumenep. Di Jawa Timur, Sumenep masuk 12 kabupaten /kota yang menjadi lokus stunting karena prevalensinya masih cukup tinggi.
Berdasarkan data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, angka prevalensi stunting di Sumenep sebesar 34,4 persen atau lebih tinggi dari angka prevalensi stunting Jawa Timur 32,7 persen, dan angka prevalensi stunting nasional yang hanya sebesar 30,8 persen.
“Meskipun demikian, jika dibandingkan tahun 2013 yang angka prevelansi stuntingnya mencapai 52,5 persen, prevelansi stunting Smenep turun 18,2 persen,” papar istri Bupati Sumenep itu.
Baca: Wujudkan ‘Sekolah Sehat’, TP PKK Sumenep Beri Pembinaan pada UKS
Sementara jumlah ibu hamil kurang energi kronis (KEK) di Sumenep sampai saat ini masih tercatat ada sekitar 11,7 persen dari sasaran ibu hamil. Karenanya setiap ibu hamil perlu melakukan konsultasi dengan tenaga kesehatan terdekat.
“Deteksi dini terhadap terjadinya ibu hamil yang kurang energi kronis sangat diperlukan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, seperti adanya penyulit persalinan yang bisa menyebabkan kematian,” tambahnya.
Untuk menekan jumlah ibu hamil kurang energi kronis (KEK) di Sumenep, ia meminta para kader TP PKK di masing-maing desa agar lebih pro aktif dalam membantu mengurangi risiko bagi kesehatan ibu dan bayi. Harapan berikutnya tentu AKI dan AKB bisa diminimalisir.
Selebihnya, masih dalam kesempatan yang sama, Nia mengingatkan, bahwa saat ini pandemi Covid-19. Karenanya dia meminta dukungan kepada seluruh masyarakat agar ikut berperan dalam upaya mengendalikan penyebaran dan penularan Covid-19 di kabupaten paling timur Pulau Madura.
“Saya mengharapkan kepada semua yang hadir dan semua masyarakat agar terus mentaati protokol kesehatan dan ketentuan-ketentuan lain di masa PPKM Level 3. Termasuk mendukung program vaksinasi. Mudah-mudahan dengan begitu pandemi Covid-19 dapat segera berakhir,” pungkasnya. (FATHOL ALIF/ROS/VEM)