Oleh : MH. Said Abdullah
Sebagaimana diketahui bahwa kondisi ekonomi Indonesia dan demikian pula dunia sangat tergantung perkembangan penanganan pandemi Covid-19. Berbagai konsepsi dan kebijakan serta keputusan langkah ekonomi apapun sangat dipengaruhi kondisi riil pandemi. Inilah kondisi sosial yang telah menjadi aksioma tak terbantahkan.
Pelonggaran pembatasan aktivitas sosial yang diharapkan menumbuhkan dinamika ekonomi jelas tak bisa mengabaikan fluktuasi pandemi. Demikian pula sebaliknya, pengetatan atas dasar perbaikan kondisi pandemi tetap perlu mempertimbangkan kondisi ekonomi masyarakat.
Selalu pemerintah manapun saat ini berada dalam kondisi dilematis. Ibarat buah simalakama, dimakan ibu meninggal, tidak dimakan ayah yang meninggal. Memacu ekonomi akan timbul persoalan kesehatan, melakukan pengetatan atas dasar kepentingan kesehatan berdampak terhadap kondisi ekonomi masyarakat.
Mereka yang berpikir sehat tentu memahami kondisi ‘simalakama’ ini. Apalagi di era keterbukaan informasi dan komunikasi, semua terpampang jelas tentang kondisi sama seluruh negara di dunia. Hanya mereka yang menyimpan agenda tersembunyi, memanfaatkan pandemi demi kekuasaan, yang mengabaikan fakta-fakta obyektif kondisi dilematis itu.
Pemerintah dan DPR yang hampir dua tahun bersinergi mengatasi pandemi dan perbaikan ekonomi sejatinya telah terbukti memberikan hasil riil. Ketika kontraksi ekonomi dunia pada tahun 2020 rata-rata minus 7 persen, kondisi Indonesia hanya mengalami kontraksi 1,7 persen. Jauh lebih baik dibanding rata-rata kontraksi dunia.
Langkah pemerintah mensiasati penanganan pandemi dan upaya perbaikan ekonomi mulai memperlihatkan tanda-tanda menggembirakan. Upaya perbaikan ekonomi itu membangkitkan optimisme terutama terlihat ketika fluktuasi Covid-19 mulai memperlihatkan penurunan signifikan.
Di tengah pembahasan RAPBN 2022 kita telah mendapat laporan proggres kondisi Covid-19 yang makin membaik. Kementrian Kesehatan awal pekan ini melaporkan kasus Covid telah melandai sekitar kisaran 3-4 ribuan dengan kasus sembuh mencapai lebih dari 11 ribuan.
DPR tentu makin bergairah mendorong perbaikan ekonomi setelah melihat perkembangan pandemi Covid, yang mulai melandai. Namun, DPR yang melaksanakan fungsi budgeting (anggaran) tetap mewanti-wanti pemerintah agar sangat serius menjaga momentum perbaikan kondisi pandemi. Jangan sedikitpun mengendor apalagi sampai lalai terlena dengan fluktuasi penurunan.
Perencanaan apapun tentang perbaikan ekonomi, yang dipersiapkan melalui RAPBN tahun 2022 dalam pelaksanaan tetap sangat tergantug perkembangan kondisi pandemi. Ini benar-benar harus dipahami dan disadari seluruh jajaran pemerintah, pemerintah daerah, tokoh masyarakat, tokoh agama dan masyarakat sendiri. Karena itu jangan sampai momentum baik ini, kembali buyar sehingga Indonesia mengalami pandemi gelombang ketiga, yang tentu sangat tidak kita harapkan.
Pemerintah perlu mempertegas pemberlakuan PPKM Darurat atas dasar perkembangan kondisi daerah setempat. Jika pemerintah provinsi ternyata bersikap kendor dalam penerapan protokol kesehatan sehingga terjadi peningkatan terinfeksi, pemerintah tidak perlu ragu memberlakukan level PPKM Darurat tertinggi. Demikian pula bila pemerintah daerah ternyata memperlihatkan kinerja baik, penurunan level PPKM Darurat perlu disegerakan.
Penerapan protokol kesehatan ini mutlak diperlukan karena terbukti menjadi upaya paling efektif dalam penurunan penyebaran Covid-19. Terbukti baik di Indonesia maupun di berbagai penjuru dunia ketika sedikit saja terjadi pelonggaran Prokes fluktuasi penyebaran Covid-19 langsung melonjak signifikan.
Mempercepat vaksinasi menjadi salah satu upaya lain dalam mengatasi pandemi Covid-19. Sejauh ini, Indonesia tergolong sangat baik dalam upaya pelaksanaan vaksinasi walau jumlah penduduk tergolong sangat besar bila dibanding negara lain. Berkat kerja keras pemerintah, Indonesia kini termasuk negara urutan ke enam terbanyak melaksanakan vaksinasi suntik dosis pertama.
Dengan makin meningkat kesadaran masyarakat tentang nilai penting vaksinasi dalam mengatasi pandemi seperti terlihat dalam berbagai antrian acara vaksinasi, selayaknya pemerintah daerah makin sigap meresponnya. Perlu diupayakan terus menerus peningkatan kemudahan dan kecepatan pelayanan vaksinasi agar pemutusan pandemi dapat berlangsung lebih cepat.
Kita meyakini, langkah pemerintah dalam mengatasi penyebaran Covid telah berjalan dengan baik yang terbukti telah terlihat penurunan sangat signifikan. Namun demikian, kondisi yang sudah membaik ini jangan sampai membuat terlena sehingga kembali terjadi peningkatan fluktuasi Covid. Sekali lagi perlu diingat dan disadari bersama, pandemi Covid ini sangat tidak terduga dan sulit terdeteksi. Negara besar super modern seperti Amerika Serikat saja, menghadapi kesulitan dalam mengendalikan pandemi sehingga sempat belakangan ini meningkat sampai 1000 persen.
Kita perlu terus bekerja keras, jangan sampai kendor dan tidak kehilangan kewaspadaan. Mengatasi pandemi Covid ini ibarat lari maraton yang perlu waktu lama, mensyaratkan stamina kuat, disertai kesabaran luar biasa. Perjalanan masih panjang yang membutuhkan stamina, kesadaran dan konsistensi serta kesungguhan tiada terputus.