SAMPANG, koranmadura.com – Serbuan hama tikus di sektor lahan pertanian di wilayah Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, kini mulai menjadi ancaman di musim cocok tanam 2021.
Pasalnya sejumlah lahan pertanian mulai dari benih padi, tanaman singkong dan tanaman pangan terus digerogoti hama tikus. Kondisi itu selain membuat rugi para petani juga menjadikan ancaman terhadap ketahanan pangan di Kota Bahari sebutan untuk Kabupaten Sampang.
Hendra warga Desa Jungkarang, Kecamatan Jrengik, mengeluh lantaran kondisi lahannya serta lahan masyarakat sekitar rusak diserang hama tikus. Bahkan serangan hama tikus kerap kali terjadi di setiap tahunnya tanpa ada penanganan serius.
“Setiap tahun pasti terjadi serangan hama. Cuma masyarakat kurang memahami cara penanganannya, tidak seperti di daerah jawa yang melakukan pembasmian hama tikus,” katanya kepada koranmadura.com, Selasa, 16 November 2021.
Hendra yang juga aktif di Forum Pengurangan Risiko Bencana (PRB) di Sampang ini menyatakan, sejumlah tanaman yang kerap kali menjadi sasaran empuk serbuan hama tikus di antaranya, tanaman singkong, jagung, kacang hijau, ketela, padi dan sejumlah tanaman umbi-umbian. Serangan hama tikus ini hampir merata terjadi di lahan pertanian masyarakat setempat.
“Kalau di Dusun Bendungan, Desa Jungkarang ini, perkiraan mencapai 10 hektar lahan yang diserang hama tikus. Dan setiap tahun pasti diresahkan oleh warga di sini,” ungkapnya.
Akibat serangan hama tikus ini, anggota Banser ini juga menyebutkan dapat mempengaruhi psikologi masyarakat terhadap pertanian terlebih untuk bercocok tanam.
“Dulunya, di sini bisa tanam jagung, kacang hijau, kacang. Nah sekarang ini masyarat sudah enggan bercocok tanam itu, hanya tanam padi. Bahkan meski hanya tanam padi, saat penyemaian kerap diserang tikus. Nah kalau kondisi ini dibiarkan, otomatis berpengaruh pada ketahanan pangan dalam jangka panjangnya,” katanya.
Menanggapi serangan hama tikus, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Disperta KP) Kabupaten Sampang, Suyono tidak mengelak kondisi cocok tanam saat ini terdapat serangan hama tikus di sejumlah wilayah.
Baru-baru ini juga pihaknya juga mendapati laporan dari kelompok tani di wilayah Desa Jalgung, Kecamatan Pengarengan, terkait adanya serangan hama tikus.
“Pada prinsipnya, kami akan membantu dalam pengendalian hama tikus ini, karena di kantor sudah ada obat tikus itu. Nanti kami akan sebarkan, sepanjang kami mendapat laporan pasti kami akan tindak lanjuti. Kami juga mendapat laporan yang sama di wilayah Kecamatan Camplong, Robatal dan Jrengik yang baru disampaikan melalui wartawan,” bebernya.
Pihaknya mengklaim, obat hama tikus di musim tanam saat ini mencukupi, namun pihaknya belum memperkirakan jumlah tonase obat tikus yang dimilikinya.
“Tonase terus terang saya tidak hafal. Kalau dulu sampek dua ton obat yang kami miliki. Kalau tahun ini kami belum tahu ada berapa, perkiraan satu ton,” katanya.
Menurutnya, penggunaan obat untuk hama tikus ini setiap satu hektar lahan hanya dibutuhkan sekitar dua satu sampek dua kilo gram obat. Sistem penggunaan obat hama tikus ini hanya diletakan di beberapa tempat yang dilalui atau dilintasi tikus.
“Kalau petani mau kreatif, bisa menggunakan bambu yang di potong-potong dikasih obat itu, karena tikus itu pasti melewati di situ dan makan di situ,” jelanya.
Ditanya pembasmian hama tikus skala besar dan penggunaan blerang, Suyono mengatakan, obat yang dimilikinya diklaim penggunaannya lebih aman terhadap tanaman pangan dibandingkan menggunakan blerang yang dibakar.
“Penggunaaan blerang memang bagus, tapi ada pengaruh pada tanaman, karena asapnya itu akan membuat kuning bahkan kering tanaman,” pungkasnya. (MUHLIS/ROS/VEM)