SAMPANG, koranmadura.com – Terus melakukan upaya mitigasi bencana, ratusan santri di Pondok Pesantren (Ponpes) Assirojiyyeh, Kajuk, Sampang, kembali membentuk Santri Tangguh Bencana (Sanggub) yang kedua kalinya.
Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Sampang, Moh Hasan Jailani belum genap setahun ini, Ponpes Assirojiyyah Sampang, terus melakukan upaya mitigasi dengan memersiapkan SDM para santri menuju Santri Tangguh Bencana sebagai bentuk rule of model yang materi isu kebencanaannya terus disempurnakan oleh Forum PRB Jatim.
“Di Sampang ini menjadi rule of model Sanggub di seluruh kawasan Jawa Timur. Karena Sanggub ini merupakan bagian dari pola edukasi dan sosialisasi aktif dengan mengikutsertakan dari kalangan pondok pesantren terlebih kepada para santri,” jelasnya kepada koranmadura.com, Jumat, 17 Desember 2021.
Menurut hematnya, bencana saat ini tidak melihat lokasi maupun waktu bahkan korban yang dimungkinkan terjadi, sehingga semua berpotensi terancam oleh bencana. Sedangkan potensi bencana yang sering terjadi di Sampang yaitu di antaranya bencana banjir, kekeringan, longsor dan angin puting beliung.
“Nah mungkin dengan Sanggub itu, ratusan santri yang sudah diedukasi materi dan praktek kebencanaan nantinya mampu melakukan menegemen penanganan kebencanaan,” harapnya.
Sementara Kasi Kedaruratan dan Logistik, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sampang, Moh Imam menyampaikan, pihaknya yang memenuhi undangan sebagai pemateri di Ponpes Assirojiyyah menyampaikan, peserta Sanggub yang sudah berjalan yang kedua kalinya merupakan satri yang berbeda dari pembentukan Sanggub pada sesi pertama. Menurutnya, keterlibatan ratusan santri tidak lain yaitu untuk bisa melakukan menegemen kebencanaan, baik saat pra, darurat dan pasca bencana.
“Tidak hanya materi yang kami berikan, tapi juga simulasi juga kami berikan. Karena di Sampang ada empat potensi kebencanaan yang dominan terjadi yaitu banjir, longsor, kekeringan dan angin puting beliung,” jelasnya.
Namun begitu, Moh Imam juga menyampaikan, simulasi kebencanaan yang diberikan kepada ratusan santri selain dari empat potensi kebencanaan tersebut yaitu berupa Medical First Rescue (MFR) dan Vertical Rescue sebab di Ponpes Assirojiyyah terdapat gedung bertingkat hingga empat lantai. Sehingga sangat diperlukan dan dibutuhkan untuk mendapatkan ilmu penyelamatan terhadap sesama santri ketika terjadi sesuatu.
“Sanggub inilah yang diharapkan tangguh mengahadapi dan menyelamatkan sesama santri,” katanya.
Di sisi lain pihaknya mengaku, tidak hanya mengedukasi santri, namun pihaknya juga telah mengedukasi dan melakukan simulasi bagi siswa TK se-Kecamatan Sampang kota.
“Kami lakukan mitigasi dengan memulai di usia dini. Kami lakukan untuk mengurangi risiko korban yang terjadi di Sampang,” pungkasnya.
Di tempat yang sama, Panitia pelaksana Sanggub Ponpes Assirojiyyah Kajuk, Sampang, Muhammad Amin menyampaikan, pada sesi 2 Sanggub saat ini diikuti kurang lebih 116 santri. Menurutnya, para santri selama dua hari 16-17 Desember 2021, telah mendapat materi tentang kebencanan hingga penanganannya dari pihak BPBD, Forum PRB, Palang Merah Indonesia (PMI) Sampang. Selain itu, ratusan santri juga medapatkan ilmu tata cara mengkafani jenazah (takfin jenazah). Sejumlah ilmu tersebut diharapkan dapat diimplementasikan di dunia nyata oleh para santri nantinya.
“Tujuannya ada Sanggub ini supaya santri memersiapkan diri ketika terjadi bencana apalagi terdapat bencana dengan adanya korban. Sehingga para santri harus mampu mengatasinya. Kami berharap Indonesia dan khususnya di Sampang tetap aman dari kebencanaan. Dan yang terpenting, para santri di Assirojiyyah mampu mengatasi di kala terjadi bencana secara mandiri,” harapnya. Muhlis/ROS/VEM