MH. Said Abdullah
Tahun 2021 segera berakhir. Seperti tahun sebelumnya, tahun 2021 masyarakat Indonesia dan dunia masih dalam kondisi pandemi Covid-19. Masa-masa sangat pahit dan menyedihkan sempat pula dialami masyarakat Indonesia sebelum pertengahan tahun –mulai April- ketika terjadi pandemi gelombang kedua, yang tergolong sangat parah. Sebuah kenangan pahit, yang harus menjadi pelajaran.
Periode penuh ketegangan itu seperti pertarungan dasyat. Saat vaksinasi baru berlangsung beberapa bulan pandemi gelombang kedua seakan menguji kesungguhan kerja pemerintah dalam melaksanakan vaksinasi. Bisa dibayangkan nuansa atmosfir kegalauan karena vaksinasi yang sedang digalakkan dihadang serbuan pandemi gelombang kedua. Ibaratnya, sedang membangun pagar pengaman, serbuan musuh datang menyerbu, membombardir.
Situasi dan kondisi berada dalam ujian sangat berat. Ditambah kerikil dalam sepatu dari para politisi petualang, yang seharusnya ikut berjibaku membantu bahkan malah mengganggu, makin menambah beban berat pemerintah dan rakyat.
Tak kalah keras hambatan berbagai hoax yang menyerbu upaya vaksinasi, sehingga mengalirkan keraguan kepada sebagian masyarakat. Berbagai pemikiran berbaju agama, yang menyebarkan informasi hoax, makin mempersulit upaya pemerintah melaksanakan vaksinasi.
Mereka yang berpikir jernih dapat melihat secara jelas betapa berat sesungguhnya cobaan dan tantangan negeri ini, terutama menjelang pertengahan tahun lalu dalam menghadapi pandemi Covid-19. Bukan hanya serbuan Covid-19 gelombang kedua yang harus dihadapi namun juga hambatan dan gangguan luar biasa upaya memutusnya.
Dampak terhadap ekonomi dan kehidupan sosial seperti peribadatan, pendidikan tak perlu penjelasan rinci. Semua negara di dunia merasakan dampak terhadap seluruh kehidupan. Demikian pula negeri ini, tak luput terdampak pandemi dalam seluruh sektor kehidupan, terutama ekonomi.
Secara obyektif harus diakui, upaya pemutusan pandemi di negeri ini, baik melalui upaya pelaksanaan protokol kesehatan maupun vaksinasi, menghadapi jelaga dan kendala sangat berat. Dengan jumlah penduduk terbesar ke empat di dunia, serta budaya, keanekaragaman pemahaman keagamaan, kesadaran literasi masih relatif rendah, ketaksiapan bermedia sosial sehingga mudah menjadi korban hoax, menegaskan tantangan Indonesia jauh lebih dasyat dalam mengatasi pandemi dibanding negara lain.
Seperti kata Bung Karno, sebuah bangsa akan menjadi besar bila diuji hujan, badai, gelombang dasyat bertubi-tubi ternyata terbukti. Berbagai kepahitan luar biasa, alhamdulillah makin menguatkan negeri dan seluruh rakyat Indonesia. Pelan tapi pasti badai dasyat gelombang kedua dan berbagai pernik gangguan dan hambatan dapat teratasi. Rakyat, jajaran pemerintah dan pemerintah daerah, TNI/Polri akhirnya berhasil ke luar dari gelombang badai dasyat pandemi Covid-19. Mereka, termasuk para politisi petualang yang meragukan pemerintah, harus mengakui matahari harapan keberhasilan terbit menyegarkan sehingga beberapa negara besar seperti Amerika Serikat, memberikan apresiasi tinggi keberhasilan penanganan pandemi di Indonesia.
Dalam bidang ekonomipun, upaya pemulihan memperlihatkan hasil menggembirakan. Ketika sebagian besar negara di dunia masih mengalami kontraksi (minus) Indonesia pada kwartal II tahun ini berhasil tumbuh 7,07 persen secara tahunan (year-on year/yoy). Pada tahun 2022 pertumbuhan diprediksi dapat mencapai 5,2 persen.
Jika keberhasilan dalam mengatasi pandemi Covid-19 terus berlanjut, termasuk mengatasi varian baru Omicron, prospek perbaikan dalam seluruh sektor kehidupan diyakini akan terus meningkat sehingga makin cepat negeri ini kembali menuju kehidupan normal.
Tahun 2021, yang meninggalkan warna-warni kenangan; sangat pahit, penuh tantangan dan cobaan berat serta lainnya, yang kemudian diikuti terbitnya harapan dan kekuatan baru seluruh rakyat menegaskan satu hal: kekuatan gotongroyong. Kekuatan itulah, yang menjadi energi luar biasa sehingga bangsa dan rakyat Indonesia berhasil membebaskan diri dari kesulitan berat.
Matahari harapan dan keberhasilan telah terpampang. Namun, tantangan berat serbuan pandemi bukan isapan jempol, juga terbentang siap menghadang. Tidak ada kata lain kecuali kesungguhan seluruh masyarakat menjaga kondisi yang telah membaik ini dengan kerja keras tetap sungguh-sungguh menerapkan protokol kesehatan. Jangan pernah kendor, karena akan menjadi pintu masuk pandemi gelombang ketiga.
Perlu terus disegerakan penyelesaian vaksinasi, termasuk booster untuk memperkuat ketahanan tubuh sehingga pandemi segera berakhir. Kewaspadaan tinggi, jangan pernah menurun lalu menganggap pandemi telah berakhir. Kita harus belajar dari kasus di berbagai negara Eropa seperti Inggris, Prancis dan lainnya. Terakhir, terus menyegarkan semangat gotongroyong karena merupakan kekuatan utama negeri ini, yang menjadi senjata dalam mengatasi persoalan seberat apapun.
Menyongsong tahun 2022, yang sebentar lagi tiba, dengan belajar dari pengalaman dan kenangan tahun 2021, kita optimis dapat menjawab tantangan untuk menggapai kehidupan lebih baik. Kita optimis dalam kewaspadaan serta selalu kerja keras untuk terwujud Indonesia hebat.