KORANMADURA.com – Jumlah burung Kakatua Jambul Kuning (Cacatua Sulphurea Abbotti) di Pulau Masakambing, Kecamatan Masalembu, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, bertambah.
Petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) setempat menemukan tiga ekot anakan burung tersebut yang baru keluar dari sarangnya. Dengan penambahan tersebut, koleksi Kakatua Jambul Kuning di salah satu habitat aslinya itu kini menjadi 28 ekor.
Petugas kehutanan terus mengawasi ketiga anakan tersebut. Pengawasan dilakukan untuk menjaga dari predator atau jatuh dari sarang karena belum bisa terbang.
“Beberapa hari lalu, petugas kami menemukan salah satu anakan itu jatuh, hingga harus dibantu untuk kembali ke sarangnya,” kata salah satu petugas Penyuluh Kehutanan Seksi Konservasi Wilayah Pamekasan, Didik Sutrisno.
Didik menjelaskan, Kakatua Jambul Kuning merupakan hewan dengan kategori langka dilindungi. Jambul kuning ras Abbotti, hanya ada di Pulau Masakambing, Kepulauan Masalembu. Sepuluh tahun lalu, jumlahnya hanya belasan ekor dan nyaris punah.
Makin menyempitnya habitat akibat penebangan hutan dan pembukaan lahan untuk pertambakan, menyebabkan burung dengan ciri has bulu tubuh berwarna putih dengan jambul berwarna kuning tersebut sulit berkembang biak dan mencari pakan.
Sejak 2015 lalu, upaya penyelamatan dilakukan. Selain membentuk tim monitoring yang khusus mengawasi perkembangan burung tersebut, juga dilakukan penanaman pohon sarang, pohon pakan, serta konservasi kawasan esensial sebagai habitat aman.
“Perkembangannya, pada 2020 lalu, jumlah Kakatua Abbotti menjadi 25 ekor,” kata Didik.
Selain itu, pihaknya juga melakukan penyuluhan terhadap masyarakat sekitar tentang kondisi Kakatua Jambul Kuning yang merupakan burung asli Masakambing.
Hasilnya, warga setempat yang sebelumnya acuh dengan si jambul kuning, sebagian mulai ikut membantu perugas kehutanan dalam pengawasan.
“Bahkan, banyak diantara mereka yang terlibat sebagai relawan dan aktif membantu tugas kami,” kata Didik Sutrisno.
Salah seorang tokoh masyarakat Masalembu, Syamsul Arifin, mengatakan tidak banyak masyarakat Masalembu yang mengetahui bahwa mereka memiliki burung khas, yakni Kakatua Jambul Kuning. Hal itu disebabkan karena keberadaannya yang mulai langka sehingga ridak dikenal lagi.
Padahal, waktu dirinya masih kecil sering melihat burung tersebut di kebun maupun pekarangan warga, saat ia berkunjung ke rumah keluarga di Masakambing.
“Ini perlu disosialisasikan, terutama terhadap anak-anak sekolah, agar rumbuh rasa memiliki dalam diri mereka, dengan harapan perlindungan terhadap Kakatua Jambul Kuning tidak hanya dilakukan oleh pemerintah,” katanya. (g. mujtaba/ROS/VEM)