Oleh : MH. Said Abdullah
Organisasi Islam terbesar di negeri ini, Nahdatul Ulama (NU) sedang melaksanakan muktamar ke 34 dari tanggal 22-24 Desember 202, di Provinsi Lampung. Didirikan oleh Hadratus Syekh KH. Hasyim Asyari, NU sangat kental mewarnai hampir seluruh perjalanan negeri ini. Sejak sebelum kemerdekaan hingga hari ini, NU dapat disebut salah satu bidan yang berperan kelahiran dan menjaga keberadaan Republik Indonesia.
Dalam perjalanan awal kemerdekaan yang penuh jelaga dan kendala, peran besar NU tertulis sangat jelas. Tak terbantahkan perjalanan negeri ini tak bisa dilepaskan dari peran besar NU. Baik yang bersifat langsung maupun yang tak langsung berbentuk kiprah melalui dunia pendidikan pesantren, yang berjumlah sekitar 30.000, NU sungguh besar peran dan jasanya.
Sejarah mencatat tentang resolusi jihad yang difatwakan Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari pada saat perang mempertahankan kemerdekaan. Penggalangan dan penegasan spiritual pendiri NU untuk menghadapi Belanda yang tergabung dalam NICA, merupakan realitas obyektif, yang tertulis tinta emas dalam sejarah perjalanan negeri ini, yang menggambarkan salah satu peran besar NU. Sulit membayangkan keberhasilan perjuangan mempertahankan kemerdekaan dalam perang dasyat pada momen 10 November 1945 -yang kemudian ditetapkan sebagai hari Pahlawan- tanpa resolusi jihad yang demikian kuat membangkitkan semangat perjuangan warga Pesantren dan masyarakat Islam untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Dengan mencermati pemaparan selintas data sejarah perjalanan Indonesia, merupakan kesalahan besar jika ada seseorang atau komunitas masyarakat tertentu yang masih meragukan kecintaan NU pada NKRI. Ibarat ibu, bagaimana mungkin sebagai salah satu kekuatan yang berperan lahirnya republik ini, akan membelakanginya apalagi membiarkan NKRI tercabik-cabik.
Terlalu banyak bukti kecintaan NU pada NKRI yang terlihat dari pembelaan mati-matian eksistensi republik termasuk di era kekinian. Penegasan dan pengembangan semangat keislaman bernama Islam Nusantara, merupakan bentuk paling aktual tentang kecintaan dan kesungguhan NU menjaga republik ini.
Islam Nusantara seperti juga Islam Berkemajuan Muhammadiyah adalah wujud riil merespon berbagai infiltrasi keislaman yang jauh dari identitas keindonesiaan, yang belakangan ini menyelusuf ke berbagai kelompok masyarakat. Mereka membawa keterikatan keislaman yang bertolak belakang dari watak masyarakat Indonesia, yang terkenal ramah penuh kekeluargaan; jauh dari ketegangan dan aroma permusuhan.
Melalui sosialisasi Islam Nusantara, NU berjibaku menghadapi penyebaran paham keislaman yang sangat kaku dan jauh dari keramahan serta persaudaraan khas Indonesia. NU bersama Muhammadiyah yang dalam muktamar di Makassar salah satu poin keputusan menegaskan perlu mewaspadai merebaknya pengerasan kelompok, bergandengan tangan mencegah potensi radikalisme yang dapat menimbulkan konflik sosial. Baik NU maupun Muhammadiyah sangat jelas menjaga kedamaian NKRI dari paham keislaman yang sangat mudah mengkafirkan -hanya karena perbedaan paham furu’iyah.
Bersemangat keislaman Aswaja, yang memancarkan keramahaman dan persaudaraan, NU tergolong sangat frontal menghadapi kekuatan yang bertolak belakang dengan Pancasila seperti Hizbut Tahrir, yang membawa faham khilafah. Bahkan menghadapi sepak terjang perilaku anarkis FPI, NU melalui Ortomnya Banser, berdiri paling terdepan.
Berbeda dengan Muhammadiyah yang relatif lebih halus dalam memerangi kekuatan berpotensi radikal, yang membahayakan kedamaian republik ini, NU berani bertarung secara terbuka, tanpa tedeng aling-aling. Bukan sekali dua kali tokoh-tokoh NU secara tegas berani berhadap-hadapan melawan paham, yang berpotensi menebar konflik di tengah masyarakat.
Dengan keanggotaan diperkirakan mendekati angka 100 juta, belum lagi para simpatisan dan pendukung, peran NU sungguh sangat luar biasa dalam menjaga kedamaian dan keutuhan NKRI. Pernyataan KH. Hasyim Muzadi, mantan Ketua Umum Tanfiziah NU, bahwa jika NU dan Muhammadiyah selalu bergandengan tangan, seperti sepasang sandal, insya Allah tak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan di negeri ini. Dua organisasi itu kata KH. Muzadi, menjadi pegawal kedamaian dan keutuhan NKRI.
Selamat bermuktamar Nahdatul Ulama. Semoga lahir keputusan terbaik, yang makin menegaskan kecintaan, kesetiaan serta kekuatan menjaga kedamaian NKRI.