BANGKALAN, koranmadura.com – Lutfi, Asal Tanah Merah, Bangkalan, harus bersabar menghadapi kenyataan. Pasalnya, pria berprofesi guru itu gagal ikut tes Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K) pada Selasa, 7 Desember 2021, di SMKN 1 Kamal. Sebab dia tak punya hasil swab.
Menurut keterangan Lutfi, dirinya mengakui jika tidak membawa surat hasil swab antigen, karena tidak tahu sebelumnya. Ia hanya menyediakan perlengkapan yang ada di surat peserta CASN. Agar bisa ikut tes P3K dan bisa adu nasib, dia sempat minta petunjuk kepada panitia.
“Tapi panitia administrasi tidak bisa memberikan keputusan, saya diarahkan ke Kepala SMKN 1 Kamal sekaligus Kepala Tempat Uji Kompetensi (TUK),” kata Lutfi, saat dikonfirmasi, Minggu, 13 Desember 2021.
Namun, saat menghadap kepada Kepala Sekolah (Kepsek) SMKN 1 Kamal sekaligus Kepala TUK, Achmad Fadol, peserta atas nama Lutfi itu merasa tidak dilayani dengan baik. Saat minta solusi, Achmad Fadol memberikan jawaban tidak menggambarkan sebagai tenaga pendidik.
“Kepsek bilang kalau tidak punya swab tidak bisa ikut. Saya aja yang mau dekat-dekat sama kamu takut, khawatir kamu kena Corona,” kata dia, sambil mengikuti kalimat yang dilontarkan Kepsek.
Menurut dia, sebagai seorang guru, tidak perlu mengeluarkan kalimat seakan menduga orang yang tidak punya hasil swab itu terpapar virus Corona. Dia sangat menyayangkan jawaban Achmad Fadol yang tidak mendidik. Karena bukan merupakan contoh yang baik sebagai kepala sekolah.
“Saya tidak permasalahkan soal saya tidak ikut tes P3K. Tapi bahasa kepala sekolah yang tidak baik. Harusnya memberikan pelayanan dan solusi. Jika memang tidak bisa ikut hari itu, kan bisa beri masukan suruh ikut susulan. Bukan ngotot harus swab jika mau ikut tes P3K,” ujar dia.
Karena Lutfi sebagai peserta P3K yang hanya beradu nasib lewat tes itu, dia meminta petunjuk ikut swab dimana agar tidak ketinggalan dan keterlambatan waktu tes P3K. Namun, lagi-lagi Kepsek SMKN 1 Kamal itu memberikan jawaban yang menyayat hati.
“Saat saya tanya, saya ini swab di mana ya pak? Lalu bapak itu bilang masak swab di Puskesmas Tanah Merah, ya di Kamal. Jadi jawaban kepala sekolah itu selalu nada tinggi,” ucap dia.
Lutfi bergegas berangkat ke Puskesmas Kamal untuk minta surat keterangan swab antigen. Namun, naasnya lagi, pelayanan untuk swab antigen sudah tutup sejak pukul 11.00 Wib, sementara Lutfi datang ke Puskesmas di atas pukul 12.00 Wib. Dengan hati yang berat dia terpaksa pulang dengan kekecewaan.
“Saya langsung pulang setelah petugas Puskesmas bilang pelayanan Swab antigen dari pukul 08.00 – 11.00 Wib. Sedangkan Kepsek tidak menyuruh saya balik lagi, jika tidak dapat surat keterangan swab. Mungkin, karena Kepsek takut karena saya tidak swab,” pungkas dia.
Saat mengonfirmasi terkait peserta tak ikut tes karena tidak swab antigen, kepada Kepsek SMKN 1 Kamal, Achmad Fadol menjustifikasi, bahwa wartawan koranmadura.com tidak tahu apa-apa perihal hal itu. Padahal, pertanyaan tersebut hanya klarifikasi saja dan perlu dijawab sebagai pejabat pemerintah.
“Begini saja mas, kayaknya sampean tidak tahu apa-apa. Baca dulu aturannya. Sampean tidak tahu-tahu apa, hanya dengar-dengar saja,” kata Kepsek SMKN 1 Kamal, saat dihubungi via telepon.
Selain itu, saat koranmadura.com menanyakan terkait statemen Kepsek SMKN 1 Kamal bahwa dirinya takut mendekati peserta P3K yang tidak bisa tunjukkan hasil swab antigen, karena khawatir terpapar virus Corona, dia enggan menjawab perihal itu.
“Apa hak sampean menanyakan terkait itu? Mending sampean ke sekolah, agar lebih jelas,” kata dia.
Namun, dia beralibi bahwa dirinya menginginkan semua peserta P3K bisa ikut tes, termasuk saudara Lutfi, namun karena sudah berkaitan dengan aturan yang harus membawa hasil keterangan swab antigen, maka dirinya tidak bisa berbuat apa-apa.
“Pada waktu itu peserta yang dari Tanah Merah swab ke Puskesmas Kamal, tapi saya tunggu-tunggu peserta itu tidak balik lagi,” akunya. (MAHMUD/ROS/VEM)