Oleh: Rara Zarary*
Mencari Ruang
Di rumah
Ia mencari ketenangan
di jalan
bisik tetangga menggetirkan
di kendaraan
kasus pelecehan menakutkan
di dalam dirinya
penuh kecemasan, dikuasai ketidakpercayaan
di mana ia mendapat kedamaian
menikmati kehidupan tanpa waswas atas ketidakadilan
***
Berumah Neraka
Alina menjerit ketakutan
memar di pipi ibunya
tak bisa ia hapus dengan air mata
mereka merengkuh dalam satu pelukan
lelaki tiada nurani itu beranjak
tanpa pamit, meninggalkan ludah tak sedikit
rumah yang dulu dijanjikan penuh cinta
kini menjadi ruang lara yang bara
Salem ke luar rumah
menancap belati di dada Suwaedah
“kau tak pandai layani suami
terlambat masak, dan tak cantik lagi”
kalimat lelaki itu meninggalkan luka
kemarahan hingga penyesalan
di hati perempuan tanpa suara
betapa malang
nasib perempuan tak berdaya
***
Menyelamatkan Dunia Perempuan
Ia tertawa riang
menikmati masa kanak
jangan rampas jiwanya
dengan budaya atas nama martabat keluarga
tradisi-tradisi masa silam biarlah terkubur hilang
kini, mari bangkit dan maju
menciptakan kehidupan lebih indah berkeadilan
Ia masih lugu
canda manjanya yang ingin tahu
biarlah menjadi pengalaman terindah
di dunia mengecap kata dan menghitung angka
jangan biarkan belasan tahunnya
memajang tangis di pelaminan tragis
Bu, biarlah Halimah menikmati hidupnya
sebagai manusia utuh, berdaya
kelak, dia memutuskan
bagaimana hidupnya akan berjalan
termasuk memilih pasangan
dan menikah dengan lelaki yang ia dambakan
*Pegiat Komunitas Pesantren Perempuan.